
SERAYUNEWS – Terlahir dari keluarga petani di pedalaman Kalimantan, Sinta tumbuh dengan semangat kerja keras yang diwariskan kedua orang tuanya. Ia adalah anak bungsu dari dua bersaudara, gadis sederhana yang menempuh jalan panjang demi satu mimpi: kuliah.
“Dulu pengen jadi dokter, pas SMK pengen jadi dosen, tapi sekarang pengen jadi orang kaya,” katanya sambil tertawa.
Namun di balik canda itu, tersimpan tekad kuat untuk mengubah hidup. Sinta masih mengingat pesan ibunya: “Belajar yang keras.” Kalimat itu menjadi bahan bakar semangatnya hingga kini.
Hidup di pedalaman membuatnya akrab dengan keterbatasan. “Sebelum tahun 2021, sinyal aja nggak ada, apalagi internet,” kenangnya. Untuk mendaftar kuliah, ia harus menempuh perjalanan satu jam ke kecamatan hanya untuk mencari jaringan.
Kini, desanya mulai berubah. Ada WiFi desa, bendungan air, dan jalan yang lebih baik. Tapi perjalanan menuju kampus tetap panjang: dua hari dua malam. “Naik motor ke kecamatan, lanjut travel ke ibu kota provinsi, terbang ke Jawa, terus lanjut kereta ke Purwokerto,” ujarnya.
Sinta berkuliah di STIKOM Yos Sudarso melalui beasiswa KIP Kuliah. Ia merasa bersyukur bisa belajar di lingkungan yang mendukung. “Dosen-dosen di sini sangat mengayomi dan banyak mendorong untuk ikut program luar kampus,” kata dia.
Ia pernah mengikuti program MBKM di BRIN Bandung, kemudian lolos magang MSIB di stasiun televisi swasta nasional pengalaman yang mengubah pandangannya tentang dunia kerja. Motivasinya sederhana: lulus tepat waktu tanpa membebani keluarga. “Saya nggak punya kesibukan lain selain skripsi. Fokus saya cuma satu, lulus tepat waktu,” ujar dia.
Setelah wisuda, Sinta berencana tetap merantau untuk bekerja. “Belum ada niat balik ke kampung,” katanya.
Baginya, merantau adalah cara untuk belajar mandiri dan membuka peluang baru. Pesan Sinta untuk adik tingkatnya menutup kisahnya dengan kuat. “Selesaikan apa yang sudah kamu mulai. Kalau kamu belum bisa bertanggung jawab atas pilihan orang lain, paling tidak bertanggung jawablah atas pilihanmu sendiri,” ujarnya.
Ketua STIKOM Yos Sudarso Romanus Edy Prabowo, S.Si., M.Sc., Ph.D., mengatakan, kisah seperti Sinta adalah wajah sejati pendidikan tinggi. “Di balik toga dan senyum para wisudawan, ada perjuangan, ada air mata, dan ada doa orang tua,” ujarnya.
Romanus menegaskan, kampus terus membuka ruang bagi anak muda dari berbagai daerah untuk tumbuh menjadi manusia unggul, humanis, dan kreatif.
Tahun ini, STIKOM Yos Sudarso mewisuda 68 sarjana dan ahli madya. Wisuda digelar di Hotel Java Heritage, Sabtu (25/10/2025).