Ganjar menegaskan jika pengetatan ini bukan upaya lockdown Jawa Tengah. Kebijakan ini sepenuhnya pengetatan untuk mengurangi mobilitas.
“Pak Kapolda kemarin sudah lapor ke saya untuk melakukan pengetatan-pengetatan itu. Namun saya minta perhitungan, kalau itu ditutup kira-kira mereka akan tidak berangkat, dia tetep stay atau tetap pergi,” kata Ganjar ditemui usai memimpin Rakor Ketersediaan Oksigen Medis di kantornya, Selasa (13/7/2021).
Ganjar mengatakan, jika masyarakat tetap diperbolehkan pergi maka akan mencari jalan lain. Soal ini pun dirinya mendapat komplain dari Kabupaten Grobogan yang merupakan jalur alternatif.
“Ini yang mesti diantisipasi, kalau ini ditutup mereka lewat mana. Ini yang mesti kita perhatikan,” ujarnya.
Sebab trasportasi dari sektor esensial seperti obat-obatan hingga logistik masih bisa bergerak.
“Karena faktanya ini peningkatannya masih tinggi, faktanya ini variannya kok ya kita sudah tau delta, terus kemudian kok faktanya orang masih cuek, padahal kalau kita tahu kita ngurus oksigen saja udah kaya begini,” jelasnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan, lanjut Ganjar, adalah tren mematikan lampu di waktu malam hari. Langkah itu memang terbukti cukup mampu mendorong masyarakat untuk tidak pergi dan mengurangi pergerakan.
“Cuman saya minta juga perhatian ketika ada yang ngawal ada yang jaga agar tidak terjadi kejahatan atau kecelakaan. Itu dua hal yang saya minta kepada kawan-kawan,” ujarnya.
Di sisi lain, Ganjar berharap masyarakat mendukung upaya pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19. Apalagi, COVID-19 varian delta sudah ditemukan di beberapa wilayah Jateng.
“Maka tolong masyarakat, tolong betul kalau anda tidak bergerak insyaallah anda akan terlindungi. Kalau anda terlindungi anda tidak akan pergi ke rumah sakit. Kalau semua tidak terlindungi dan sakit akhirnya pergi ke rumah sakit maka rumah sakit juga penuh dan nanti orang akan marah-marah soal ambulans, soal tempat tidur, oksigen dan semua marah,” tandasnya.