Cilacap, serayunews.com
Menurutnya, hal itu seperti kesaksian dr. Koestedjo, dalam bukunya yang berjudul ‘Inilah Jalan Hidupku R. Koestedjo’. Dokter Koestedjo sendiri merupakan dokter yang pernah bertugas di Cilacap, pada Masa Agresi Militer Belanda Pertama.
“Sebenarnya saat 1945 sampai 1947 Cilacap ikut merdeka. Namun saat Agresi Militer Pertama, Cilacap kembali diduduki Belanda sampai 1950,” katanya kepada serayunews.com, Senin (1/8/2022).
Terlebih hingga 1950, pemerintahan Cilacap di bawah pimpinan Bupati R.M. Adipati Arya Tjakrasewaja, masih tunduk terhadap kekuasaan Belanda. Wilayah Cilacap baru resmi bergabung, pada saat berdirinya pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada 30 Desember 1949.
Bergabungnya wilayah Cilacap ke pangkuan republik, dengan tanda dibangunnya monumen peringatan 17 Agustus di Pantai Permisan Nusakambangan. Di tahun yang sama juga, terdapat pergantian bupati dari dari R.M. Adipati Arya Tjakrasewaja kepada Raden Mas Soetedjo.
“Di tahun 1950 ada pergantian bupati yang tadinya jabatan turun-temurun, kemudian menjadi bupati yang mendapat mandat oleh pemerintah republik,” ujarnya.
Sementara menurutnya, bukti lain yang menandakan Cilacap baru bergabung ke pemerintahan republik pada 1950, adalah mata uang. Saat itu masyarakat masih menggunakan Gulden Belanda, bukan uang rupiah yang dikeluarkan oleh ORI (Oeang Republik Indonesia).
“Di beberapa catatan menyebutkan bahwa masyarakat Cilacap masih memakai uang Gulden Belanda hingga 1950. Bukti-bukti tersebut menguatkan bahwa Cilacap baru resmi bergabung ke Pemerintahan Republik Indonesia lima tahun setelah merdeka,” jelasnya.