SERAYUNEWS – Kencan toxic sudah bukan hal baru, terutama di kalangan remaja yang sedang mencari jati diri dalam hubungan.
Dengan kemajuan teknologi dan media sosial yang mempercepat komunikasi, perilaku-perilaku negatif dalam hubungan pun semakin mudah tersebar.
Beberapa istilah kencan toxic yang sering muncul akhir-akhir ini adalah love bombing, chameleoning, delusionship, dan breadcrumbing. Apa saja sih itu?
Pacaran toxic adalah hubungan yang penuh dengan dinamika negatif dan merugikan kedua pihak, baik secara emosional, mental, atau fisik.
Biasanya, dalam hubungan seperti ini, ada perilaku yang tidak sehat, seperti manipulasi, kontrol berlebihan, kebohongan, cemburu yang tidak wajar, atau bahkan kekerasan.
Ketika pasangan terjebak dalam hubungan toxic, mereka sering merasa tidak dihargai, tertekan, atau bahkan takut untuk menjadi diri sendiri.
Love bombing adalah ketika seseorang memberikan perhatian, pujian, dan kasih sayang yang berlebihan di awal hubungan.
Seolah-olah, pasangan tersebut memberikan segalanya untuk menunjukkan rasa cinta mereka. Pada awalnya, hal ini terasa sangat menyenangkan dan membuat remaja merasa dihargai.
Namun, lama kelamaan, love bombing bisa menjadi manipulasi emosional yang membuat korban merasa terikat dan tidak bisa lepas dari hubungan.
Mereka sering kali merasa cemas jika tidak memenuhi ekspektasi pasangan yang selalu menuntut perhatian dan cinta tanpa batas.
Chameleoning adalah perilaku di mana seseorang berusaha berubah sesuai dengan apa yang diinginkan pasangan, agar diterima atau disukai.
Dalam hubungan toxic, pelaku cenderung menutupi identitas asli mereka dan berpura-pura menjadi seseorang yang bukan diri mereka sendiri hanya untuk mendapatkan perhatian atau persetujuan.
Fenomena ini sering terjadi di kalangan remaja yang belum sepenuhnya menemukan siapa diri mereka, sehingga mereka tergoda untuk meniru kebiasaan, minat, atau nilai yang dimiliki pasangan, meski itu bertentangan dengan nilai diri mereka yang sebenarnya.
Delusionship adalah ketika seseorang terjebak dalam ilusi hubungan yang tidak sehat atau tidak realistis.
Mereka mungkin merasa memiliki hubungan yang sempurna meskipun pasangan mereka tidak menunjukkan perilaku yang baik atau bahkan merugikan.
Remaja yang terjebak dalam delusionship cenderung menutup mata terhadap kenyataan, dan terus berharap bahwa hubungan tersebut akan berubah menjadi lebih baik.
Biasanya, mereka merasa takut untuk mengakhiri hubungan meskipun sudah tahu ada tanda-tanda tidak sehat di dalamnya.
Breadcrumbing adalah ketika seseorang memberikan sedikit perhatian atau pujian yang tidak konsisten untuk menjaga seseorang tetap tertarik atau berharap.
Mereka mungkin mengirim pesan singkat atau memberikan perhatian sesekali, tetapi tidak benar-benar serius dalam menjalin hubungan.
Dalam konteks remaja, breadcrumbing bisa membuat seseorang merasa bingung dan tidak pasti, karena mereka terus mendapatkan sinyal yang tidak jelas.
Akhirnya, korban breadcrumbing sering merasa tertarik pada seseorang yang sebenarnya tidak serius dengan mereka, sementara hubungan yang lebih mendalam dan sehat justru terabaikan.
Fenomena kencan toxic di kalangan remaja dapat sangat merusak, baik secara emosional maupun psikologis.
Ketika terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, penting untuk bisa mengenali tanda-tanda awal perilaku toxic dan belajar untuk menghargai diri sendiri.
Pendidikan mengenai hubungan yang sehat dan komunikasi yang terbuka sangat diperlukan agar remaja bisa membangun hubungan yang positif dan saling mendukung.
Demikian informasi tentang fenomena kencan toxic pada remaja. Semoga informasi ini menjadi bahan perhatian orang tua. ***