SERAYUNEWS– Film hasil karya pelajar dari Banjarnegara dan Banyumas, berhasil menjadi yang terbaik di Festival Film Purbalingga 2024.
Film ‘Murni’ karya Revita Dwi Meysaputri produksi Hika Production SMK HKTI 2 Purworejo Klampok Banjarnegara, keluar sebagai film fiksi terbaik.
Sementara film dokumenter pendek terbaik berjudul ‘Yang Tergerus Waktu’ karya sutradara Seno Aulia Wijayanto, produksi Sinemadoea SMA Negeri 2 Purwokerto.
Penyerahan penghargaan saat malam penganugerahan di Bioskop Misbar Purbalingga, Sabtu (27/7/2024).
”Senang, bahagia banget, terharu, ya pokoknya campur aduk. Ini kan sebuah pembuktian kami pada teman-teman, sekolah, dan orang tua. Saya berharap film ‘Murni’ bisa mengikuti festival-festival film yang lain di Indonesia,” ungkap Revita Dwi Meysaputri.
Dewan Juri fiksi adalah, Arie Kartikasari, Joko Mulyanto, S.Pd., M.Pd., dan Dr. Santi Dwi Astuti, S.TP., M.Si.
Tika mewakili Dewan Juri penilai mengatakan, film ‘Murni’ memiliki struktur cerita yang lengkap dan menarik.
“Film ini menampilkan isu kehilangan, impian, serta stigma sosial. Tapi drama komedi tentang hubungan ayah dan anak ini, membuat hal yang seolah berat untuk dibicarakan, menjadi lebih hangat,” ujarnya.
Sementara Seno Aulia Wijayanto merasa kaget, usai pengumuman film dokumenternya jadi yang terbaik.
”Kaget sekaligus senang, baru pertama membuat film bisa menjadi yang terbaik. Karya kami harus keliling ke berbagai festival, harus mampu menyiapkan adik-adik kelas untuk berkarya lebih bagus lagi,” ujar pelajar SMA Negeri 2 Purwokerto.
Mewakili dewan juri kompetisi dokumenter, Chonie Prysilia mengatakan, film dokumenter terbaik FFP 2024 memiliki potensi memainkan peran meningkatkan kesadaran masyarakat.
”Menonton film ini, kita jadi ingat pada sebuah masa di mana seni rupa begitu dekat. Bahkan menjadi bagian hidup masyarakat kebanyakan dan seniman mampu memenuhi kebutuhannya dengan berkarya,” tutur sutradara dan produser animasi ini.
Dewan juri dokumenter ingin memotivasi para pelajar, agar tidak ragu memberikan perspektif yang khas akan diri mereka sendiri. Angkat isu-isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dalam apapun karyanya, termasuk film.
Untuk itu, Dewan Juri bersepakat memberikan Penghargaan Khusus Dewan Juri untuk film ”Roleplay” sutradara Daffa Aqilla Hanip produksi Dreams Cinema Smara SMA Negeri Padamara Purbalingga.
Pada kategori Film Favorit Penonton, fiksi untuk ‘Murni’ sutradara Revita Dwi Meysaputri. Sementara untuk dokumenter ‘Seteguk Warisan’ sutradara Fitriana Azzahra produksi Smadi@ SMA Ya Bakii Kesugihan Cilacap.
Dua penghargaan yang tak kalah penting yaitu penghargaan ”Lintang Kemukus”. Penghargaan ini untuk individu maupun kelompok yang secara nyata, berkontribusi atas kesenian dan kebudayaan di Banyumas Raya dalam berbagai aktivitasnya.
Penghargaan “Lintang Kemukus” Tradisi kepada Saimun, pelaku seni tradisi asal Cilacap. Sementara ”Lintang Kemukus” Modern untuk Ugo Untoro, perupa asli Purbalingga yang mendunia.
Pamong Budaya Ahli Madya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X Jawa Tengah, Asmara Dewi menganggap, FFP sangat luar biasa.
Karena mampu membuat anak-anak muda antusias dan bersemangat dalam berkarya.
“Ini harus menjadi inspirasi bagi anak-anak muda lain di luar Banyumas Raya untuk berkarya dengan serius,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu juga ada peluncuran buku Modul Pelatihan Produksi Film Komunitas untuk Film Fiksi dan Dokumenter. Ini mengawali guru-guru pembina ekstrakulikuler sinematografi di wilayah Banyumas Raya, mempunyai pegangan dalam mengajar secara mandiri.
Untuk semakin menghangatkan suasana Malam Penganugerahan, selain pementasan seni tradisi Dhaeng dari Desa Kedungbenda Kemangkon, juga ada grup Band Vibration.
FFP 2024 terlaksana atas dukungan Kemdikbudristek, Dana Indonesiana, LPDP, Bioskop Misbar Purbalingga. Kemudian juga dukungan dari Sangkanparan Cilacap, Art Film Picture Banjarnegara, dan Hompimpaa Banyumas.