Banjarnegara, Serayunews.com – Kemajemukan yang dimiliki Bangsa Indonesia, bukanlah faktor pecahnya persatuan dan kesatuan. Adanya perbedaan ras, suku, budaya, dan agama tersebut merupakan satu kesatuan yang menjadikan Indonesia sebagai negara yang besar dan kuat. Indonesia akan kuat jika masing-masing mempunyai rasa memiliki atau handarbeni.
Hal tersebut disampaikan oleh sesepuh dan Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), Habib Luthfi bin Yahya, dalam acara Safari Kebhinekaan untuk Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa, di Pendapa Dipayuda Adigraha Kabupaten Banjarnegara, Kamis (17/9/2020).
Ulama kharismatik ini mengatakan, jati diri bangsa bisa dikiaskan juga pada Sang Dwi Warna, bendera merah putih, juga ketika kita menyanyikan lagu Indonesia Raya haruslah dijiwai.
“Pada lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Padamu Negeri, mengandung kalimat ikrar yaitu pernyataan kecintaan dan nasionalisme kita kepada ibu pertiwi, jadi bukannya semata-mata hanya lagu,” kata Sang Habib.
Untuk itu, lanjutnya, perlu diperhatikan sejauh mana kita mengajarkan anak-anak kita sedini mungkin untuk menanamkan rasa cinta tanah air.
Habib Lutfi pun merasa prihatin atas kondisi bangsa saat ini. Karena mulai pudarnya persatuan antar bangsa.
“Kita harus menanamkan keindonesiaan kepada generasi, menyatakan dengan keyakinan ikrar. Ibaratnya, sekolah di Eropa oke, makan dengan sendok garpu oke, tapi tidak melupakan keindonesiaan kita,” ungkapnya.
Memudarnya persatuan dan kesatuan bangsa, lanjutnya, disebabkan pudarnya rasa ingin memiliki atau handarbeni. Sehingga rakyat mudah untuk dipecah belah, mudah terpengaruh pada hal-hal sederhana, hilangnya kepedulian, dan toleransi beragama.
“Apapun suku dan agamanya, rakyat kita adalah rakyat yang ber-Tuhan. Mari kita belajar menjaga harmoni. Seperti dalam orkestra musik. Ada clirunet, saxopon, flute. Juga ada bongo, dan timpani. Akan indah jika saling mengisi. Gitar di bagian ini, kalau lagu percintaan ya ada saxophone, dan seterusnya,” kata ulama asal Pekalongan ini.
Senada dengan Habib, Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono menyatakan, dalam masyarakat majemuk perlu toleransi. Kemajemukan adalah kenyataan. Bhinneka tunggal ika adalah pilar menjaga dan mempertahankan toleransi.
“Indonesia, Jawa Tengah, dan Banjarnegara ini masyarakatnya majemuk. Resiko pertentangan akan muncul sulit dihindari. Tapi kita sepakat bahwa keanekaragaman adalah rahmat. Kita punya empat pilar penyangga kebhinekaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka tunggal ika,” ucapnya.
Sementara itu, Wagub Jateng, Taj Yasin Maimun, mengatakan , perbedaan adalah sunatulloh. Jika tidak beda tak mungkin bisa maju.
“Kita memiliki 1340 suku bangsa, kalau tidak mau merawat bangsa ini, maka terpecah seperti bangsa Arab,” kata Wagub.
Selama road show di Banjarnegara, Habib Lutfi didampingi oleh Wagub Jateng, Bupati Banjarnegara, tokoh Forkopimda, Direktur Pembinaan Umum Polda Jateng, ulama dan berbagai tokoh agama lainnya.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pameran gelar produk ekonomi dan UMKM di halaman kompleks Pendapa Dipayuda, peresmian masjid di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Mantrianom Kecamatan Bawang, serta peresmian masjid Baiturahman di Desa Pesangkalan Kecamatan Pagedongan. (Oel)