SERAYUNEWS- Rangkaian ritual pengambilan air suci dari tujuh sumber dalam prosesi Hari Jadi Wonosobo, masih berlanjut.
Setelah sebelumnya di Tuk Surodilogo, pengambilan air suci berikutnya pada 18 Juli 2024, akan diambil dari Tuk Bimolukar, Goa Sumur, Tuk Mudal, Tuk Jaraksari dan Tuk Kaliasem.
Pengambilan air suci terakhir akan berlangsung pada, 23 Juli 2024 di Tuk Sampang Plobangan. Prosesi ini menjadi simbol pelestarian tradisi, sekaligus bentuk penghormatan terhadap leluhur dan alam Wonosobo.
“Prosesi ini bukan hanya bagian dari perayaan, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan budaya. Tidak kalah penting, nilai-nilai spiritual yang jadi warisan para pendahulu,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Agus Wibowo, Rabu (17/7/2024).
Tuk Surodilogo, berada di tengah-tengah pegunungan antara Desa Pagerejo dan Desa Tlogomulyo Kecamatan Kertek. Air dari Tuk Surodilogo ini, memiliki makna religius dan budaya yang mendalam bagi masyarakat Wonosobo.
Tradisi pengambilan air ini, mejadi simbol betapa pentingnya air bagi kehidupan manusia. Apa lagi Tuk Surodilogo merupakan sumber air bagi warga Desa Pagerejo untuk kebutuhan sehari-hari.
Warga setempat percaya, air Tuk Surodilogo memancarkan kesucian dan kekuatan. Bupati Afif Nurhidayat dan Wakilnya Muhammad Albar, akan mencampur air ini pada malam Birat Sengkolo, 23 Juli 2024.
Khusus di bulan Juli 2024 ini, setelah pengambilan air acara berlanjut dengan Nyadran Tenong Sego Golong dan Laku Sikramat.
Lokasi dari prosesi ritual tersebut, berlangsung di Makam Sikramat yang ada di Desa Pagerejo. Prosesi ini mengawali ritual pengambilan tujuh mata air, dari empat penjuru mata angin di Wonosobo.
“Setelah Tuk Surodilogo, selanjutnya secara bertahap pengambilan air di enam mata air yang lain. Mata air itu meliputi Tuk Bimo Lukar dan Goa Sumur di utara, lalu Tuk Surodilogo dan Tuk Mudal di sebelah timur. Kemduian dari selatan ada Tuk Sampang dan Tuk Tempurung, serta di barat Tuk Kaliasem,” ujarnya.