Memasuki hari ke tujuh, musibah banjir masih merendam sejumlah desa di Kabupaten Cilacap terutama di wilayah Cilacap bagian timur. Bahkan, meskipun sehari tak diguyur hujan, ketinggian air banjir belum surut secara signifikan. Bahkan ribuan jiwa dilaporkan terdampak dan ratusan jiwa mengungsi.
Cilacap, serayunews.com
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Cilacap Wijonardi menyampaikan, berdasar laporan yang dihimpunnya, ada penurunan debit air banjir sekitar 5-10 sentimeter di sejumlah titik terutama di dua Kecamatan yakni Kecamatan Nusawungu dan Kecamatan Kroya.
“Ada penurunan banjir sekitar 5-10 sentimeter, kemarin malam Jumat sempat hujan deras dan naik, tadinya sudah surut 10 sentimeter kemudian naik jadi 20 sentimeter, tadinya di depan posko NU peduli (Nusawungu) selutut, kemarin malah sepinggang, itu sudah mulai menyurut,” ujar Wijonardi saat dikonfirmasi, Senin (21/3/2022).
Wijonardi mengatakan, ada sejumlah titik banjir yang menggenangi yakni 12 titik di Nusawungu dengan ribuan jiwa terdampak, yakni di Desa Klumprit, Nusawungu, Banjareja, Kedungbenda, Karangsembung, Purwodadi, Nusawangkal, Karangpakis. Untuk lokasi terparah berada di Desa Klumprit, Purwodadi, Karangsembung, dan Kedungbenda.
“Paling dalam kemarin di Klumprit sepaha, sekitar 90 sentimeter di jalan kalau di sawah tinggal ditambah 70 sentimeter, di dalam rumah ada sampai 60 sentimeter di Purwodadi antara 60-110 sentimeter karena ada di bantaran Kali Ijo. Di Desa Karangsembung ada 9000 kepala keluarga yang terdampak, yang kroya ada tiga titik yaitu di Desa Mujur, Mujur Lor dan Gentasari,” ujarnya.
Wijonardi mengatakan, selain Nusawungu, banjir juga mendadak menggenangi wilayah Desa Gentasari di Dusun Karag yang disebabkan dari luapan Sungai Tipar. Ratusan warga yang terdampak pun mengungsi di MI Muhammadiyah, di Dusun Karag dan sejumlah warga lain mengungsi di bantaran sungai karena alasan menjaga ternak.
“Gentasari juga mendadak banjir karena luapan Kali Tipar, jadi kita memang tidak bisa berkutik karena itu kiriman dari Banyumas, kita betul betul terdampak dari pengendalian banjir BBWS SO (Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak) yang di Sungai Tipar,” ujarnya.
Adapun menurutnya, faktor utama penyebab terjadi banjir sebenarnya bukan hanya dari hujan di Cilacap saja, melainkan ada sejumlah tanggul jebol dan air kiriman dari wilayah Banyumas. Kemudian, juga sampah kiriman dari wilayah utara yang menyumbat saluran air seperti di Desa Mujur Lor.
“Ini yang belum bisa kami selesaikan, mungkin pasca kebencanaan akan minta kepada BBWS SO akan rapat evaluasi terhadap banjir-banjir,” ujarnya.
Sementara itu, untuk normalisasi Kali Ijo, menurutnya sudah dibuat DED nya yang rencana pelaksanaannya di tahun 2022 ini, tapi ada penjadwalan kembali di 2023.
“Mudah mudahan di 2022 masuk kemarau, jadi 2023 awal berharap ada pekerjaan untuk pembuatan tanggul dan normalisasi. Mudah-mudahan tahun 2023 sudah tidak banjir lagi,” ujarnya.
Untuk pemenuhan logistik bagi warga terdampak, petugas sudah medirikan dapur umum di sejumlah titik seperti di MI Muhammadiyah, Desa Mujur, Binangun, Klumprit, Kedungbenda, Karangsembung dan hampir tersebar di seluruh titik banjir termasuk di Jetis.
Sedangkan untuk pencegahan terserang dari penyakit, pihaknya sejak awal banjir sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dan Camat.
“Saya minta Camat untuk koordinasi dengan kepala puskesmas untuk menerjunkan tim sebelum masyarakat tekena serangan gatal-gatal,” ujarnya.