SERAYUNEWS– Bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) ke-10, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyerahkan bantuan insentif pengajar keagamaan termin 3 dengan total sebesar Rp104.766.400.000.
Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana secara simbolis menyerahkan bantuan tersebut. Para pengajar keagamaan, menerima bantuan saat kegiatan peringatan HSN di Lapanban Kridosono, Kabupaten Blora, Selasa (22/10/2024).
Bantuan tersebut untuk 262.020 pengajar keagamaan se-Jawa Tengah. Rinciannya: Rp92.382.000.000 untuk 230.830 orang melalui Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah.
Kemudian Rp3.783.200.000 untuk 9.458 orang di Kabupaten Rembang, Rp5.126.400.000 untuk 12.932 orang di Kabupaten Grobogan, dan Rp3.474.800.000 untuk 8.800 orang di Kabupaten Blora.
Dalam kesempatan itu, Nana Sudjana juga menyerahkan bantuan berupa bantuan 1 paket sumur bor kepada Panti Pelayanan Sosial Anak (PPSA) Wira Adhi Karya Ungaran.
Selanjutnya bantuan 2 paket mesin pengolah pemanfaatan limbah menjadi pupuk organik kepada Rabithah Ma’ahid Islamiyyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah.
Bantuan kepada 50 Kelompok Usaha Bersama (KUBE) masing-masing mendapatkan Rp20.000.000 dengan total sebesar Rp1.000.000.000.
Nana mengatakan, bantuan insentif pengajar keagamaan ini merupakan upaya untuk memberikan penghargaan kepada guru agama. Baik di pondok pesantren, Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ), guru madrasah diniyah, maupun pengajar agama lainnya.
Pada acara itu, Nana juga menyalurkan bantuan secara simbolis berupa 20 paket beras untuk masyarakat yang membutuhkan.
“Kami terus melakukan langkah optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berkolaborasi dengan instansi lainnya. Bantuan ini untuk stimulan guna mengentaskan kemiskinan,” Nana Sudjana usai apel Hari Santri Nasional (HSN) ke-10.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Jateng, Musta’in Ahmad menyampaikan terima kasih atas penghargaan berupa bantuan insentif.
Bantuan tersebut tidak hanya untuk pengajar agama di pondok pesantren, TPQ, dan madrasah diniyah, tetapi juga untuk guru agama lain.
“Ini bagian dari kebersamaan kita, bahwa bangsa ini bhineka dan dibangun secara bersama-sama, seperti tradisi santri yaitu gotong royong dalam berbagai hal,” katanya.