Jeruklegi, serayunews.com
“Saat ini saya berhenti, karena ada banjir. Rasanya seperti terkepung, tidak bisa kemana-mana. Biasanya saya setiap hari muter cari gula, namun hari ini tidak bisa,” katanya kepada serayunews.com, Rabu (21/7/2021).
Slamet menjelaskan, setiap harinya ia beraktivitas mencari gula untuk dijual kembali. Gula dia ambil dari beberapa wilayah desa seperti Jambusari, Prapagan, Brebeg, Sumingkir, Mandala, dan Citepus. Namun dengan adanya banjir ini, membuat akses dari dan menuju desanya terhambat.
“Alhamdulillah rumah saya tidak terendam karena di tempat yang agak tinggi, namun akses jalannya bisa dikatakan terputus. Baik ke arah Jambusari maupun Kawunganten, terendam banjir semua. Saya sendiri menanggung kerugian karena tidak bisa mencari gula,” ungkapnya.
Dalam sehari, kata dia, dirinya mampu mengepul gula sebanyak 70 hingga 100 Kg, sehingga jika dalam sehari saja terhambat, seperti yang dirasakan saat ini. Ia menanggung kerugian hingga Rp 1.600.000 per hari. Padahal banjir tersebut belum dapat dipastikan kapan akan berakhir.
“Harapan saya airnya cepat surut, agar bisa beraktivitas kembali, terutama warga yang mencari nafkah agar lancar kembali. Para warga yang terdampak mohon dibantu,” jelasnya.