SERAYUNEWS- Pemerintah Arab Saudi terus melakukan transformasi digital dalam pelayanan ibadah haji, termasuk bagi jemaah asal Indonesia. Salah satu terobosan penting di musim haji 2025 adalah penggunaan Kartu Nusuk.
Kartu Nusuk ini sebagai identitas dan alat kendali layanan jemaah. Kartu ini wajib dimiliki oleh seluruh jemaah haji dan menjadi kunci utama dalam berbagai akses serta aktivitas selama di Tanah Suci.
Kartu Nusuk tidak sekadar kartu nama atau penanda, melainkan sistem berbasis teknologi yang menghubungkan data jemaah dengan seluruh layanan haji yang dikelola pemerintah Arab Saudi melalui perusahaan mitra, atau syarikah.
Melansir berbagai sumber, berikut tiga fungsi utama Kartu Nusuk yang menjadikannya sebagai instrumen vital selama penyelenggaraan ibadah haji 2025:
1. Dikelola oleh Syarikah: Layanan Terintegrasi dan Bertanggung Jawab
Kartu Nusuk dikelola langsung oleh syarikah, yaitu lembaga atau perusahaan resmi yang ditunjuk oleh Pemerintah Arab Saudi untuk menangani seluruh kebutuhan logistik jemaah haji, mulai dari akomodasi, transportasi, konsumsi, hingga bimbingan ibadah.
Melalui kartu ini, setiap jemaah terdata dalam sistem dan dapat dipantau pelayanannya secara real-time.
Hal ini sangat membantu dalam pengawasan kualitas layanan, penanganan cepat jika ada masalah, serta meminimalkan potensi jemaah tersesat atau terlantar.
Syarikah juga bertugas memastikan bahwa semua layanan sesuai dengan hak jemaah. Ketika jemaah mengalami kendala, Kartu Nusuk akan memudahkan pelacakan dan penyelesaian permasalahan oleh petugas haji atau otoritas terkait.
2. Akses Masjidil Haram: Wajib untuk Memasuki Kawasan Suci
Salah satu fungsi paling vital dari Kartu Nusuk adalah sebagai syarat utama masuk ke Masjidil Haram.
Dengan sistem digitalisasi dan validasi QR code atau chip yang tertanam dalam kartu, petugas keamanan dapat memastikan hanya jemaah yang sah dan terdaftar yang dapat masuk ke area suci.
Langkah ini diterapkan untuk mengendalikan jumlah jemaah di dalam Masjidil Haram agar tidak melebihi kapasitas, sekaligus menjaga kenyamanan dan keselamatan seluruh jemaah.
Validasi dilakukan di berbagai titik akses, terutama pada waktu-waktu krusial seperti salat Jumat, malam Lailatul Qadar, serta saat thawaf dan sa’i dalam rangkaian ibadah umrah maupun haji.
3. Mempermudah Mobilisasi saat Puncak Haji: Arafah – Muzdalifah – Mina
Dalam fase puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, dan pelontaran jumrah di Mina, Kartu Nusuk menjadi instrumen utama untuk manajemen pergerakan jemaah.
Setiap jemaah akan terdata secara sistemik, sehingga memudahkan pengaturan transportasi, tempat tinggal tenda, serta logistik lainnya.
Bagi jemaah lansia, disabilitas, atau yang memiliki kondisi khusus, kartu ini memuat informasi penting sehingga mereka mendapatkan perhatian khusus.
Petugas lapangan dapat mengidentifikasi siapa saja yang perlu bantuan prioritas berdasarkan data yang tertera.
Selain itu, apabila terjadi kehilangan rombongan atau tersesat, data dalam kartu Nusuk akan membantu petugas dalam mengembalikan jemaah ke kloternya.
Hal ini sekaligus menekan potensi kepanikan massal yang kerap terjadi di lokasi padat.
Meski kartu Nusuk membawa banyak manfaat, distribusinya masih menjadi catatan penting. Hingga pertengahan Mei 2025, banyak jemaah melaporkan belum menerima kartu tersebut, terutama yang masih berada di Madinah.
Sebagian jemaah juga mengaku tidak bisa masuk ke Masjidil Haram, terpisah dari rombongan, bahkan sudah kehilangan akses ke koper mereka yang lebih dulu dikirim ke Makkah.
Keluhan lainnya termasuk kartu rusak, tas kecil tempat penyimpanan yang koyak, hingga ketidakjelasan prosedur bagi suami istri yang tergabung dalam syarikah berbeda. Situasi ini menimbulkan keresahan di kalangan jemaah dan keluarga di Tanah Air.
Kementerian Agama RI melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) untuk segera menuntaskan distribusi kartu Nusuk ke seluruh kloter.
Petugas pendamping untuk lebih aktif melakukan pendataan ulang, distribusi ulang jika ada kartu yang rusak atau hilang, serta mendampingi jemaah yang mengalami kesulitan administratif.
Jemaah juga disarankan untuk:
Dengan sistem yang semakin digital, kartu Nusuk menjadi bukti bahwa penyelenggaraan ibadah haji kini lebih mengedepankan keteraturan, akuntabilitas, dan kemanusiaan.
Namun, implementasi yang optimal tetap membutuhkan sinergi antara pemerintah, petugas, syarikah, dan para jemaah itu sendiri.
Semoga seluruh jemaah haji Indonesia diberi kelancaran, keselamatan, serta kemampuan menjalani ibadah dengan khusyuk.
Dan semoga kartu Nusuk benar-benar menjadi alat bantu, bukan penghalang, dalam menggapai haji yang mabrur.
Semoga informasi mengenai Kartu Nusuk yang menjadi kunci sakti Jemaah Haji 2025 ini bermanfaat.