SERAYUNEWS-Musim kemarau basah diperkirakan menjadi penyebab anjloknya harga sayuran di Purbalingga. Kondisi tersebut membuat petani terancam merugi. Pemkab diminta membantu memberikan solusi untuk mengatasi persoalan tersebut.
Demikian disampaikan petani sayur yang juga anggota Asosiasi Petani Holtikultura Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Bambang Nuryono. Menurutnya saat ini harga sayuran dari petani di wilayahnya sangat rendah. “Harga wortel hanya Rp800, kobis Rp1.000, slobor Rp1.000, tomat Rp1.000, cabai Rp8.000, terong Rp1500 dan daun bawang Rp2.500,” terangnya, Sabtu (19/10/2024).
Guna meminimalisir kerugian, petani langsung menjual sayuran hasil panen kepada pembeli. Mereka memilih menawarkan sayuran itu langsung ke pembeli, tanpa melalui perantara seperti tengkulak. “Penjualan langsung seperti ini membantu petani mendapatkan harga lebih tinggi daripada melalui tengkulak, sehingga baik petani maupun konsumen sama-sama diuntungkan,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Siswandi dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Giri Mulyo Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja. Dia menjelaskan bahwa stok sayuran yang melimpah akibat kemarau basah menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya harga. “Kami berharap Pemkab bisa membantu mengatasi persoalan ini. Salah satunya seperti dengan menggelar kegiatan aksi borong sayuran petani yang telah dilakukan,” tuturnya.
Seperti diberitakan, Pemkab Purbalingga melaksanakan Gerakan Dukung Petani Purbalingga (Gardu Tani Bangga) dengan aksi borong sayur di area parkir selatan GOR Goentoer Darjono, Jumat (18/10/24). Kegiatan yang digagas oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan Tim Perluasan dan Percepatan Digitalisasi Daerah (TP2DD) ini menyediakan lebih dari 1.000 paket sayuran yang dijual kepada masyarakat.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Purbalingga, Mukodam, menyampaikan bahwa acara ini bertujuan untuk membantu petani lokal yang saat ini sedang menghadapi penurunan harga komoditas akibat panen raya. “Kita berharap komoditas pertanian, perkebunan, dan perikanan di Purbalingga bisa tersedia dengan stok cukup, harga terjangkau bagi konsumen, dan tetap memberikan keuntungan bagi petani,” ujarnya.
Menurut Mukodam, TPID berperan penting dalam menjaga stabilitas harga di pasar, memastikan harga tidak terlalu tinggi untuk konsumen dan tidak terlalu rendah sehingga merugikan petani. “Kondisi harga sayuran yang sedang turun ini mungkin menyenangkan bagi konsumen, tapi kita harus bantu petani agar tetap memperoleh keuntungan yang layak,” tambahnya.
Dalam aksi borong sayur ini, paket sayuran dijual seharga Rp20.000 untuk pembayaran tunai dan Rp17.500 bagi yang menggunakan QRIS, sebagai bagian dari upaya TP2DD untuk mendorong transaksi non-tunai di masyarakat. Setiap paket berisi berbagai sayuran seperti cabai, tomat, wortel, kubis, dan daun bawang dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau.
“Ini merupakan langkah untuk membantu petani yang sedang menghadapi deflasi, sambil mendorong konsumsi produk lokal,” tambah Mukodam.