SERAYUNEWS– Keragaman budaya dan keelokan Kawasan Banyumas Kota Lama di Kecamatan Banyumas, memukau puluhan mahasiswa 48 perguruan tinggi di luar Pulau Jawa. Mereka merupakan Mahasiswa Inbound Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.
Mereka tengah mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch 4 (PMM 4). Para mahasiswa mengikuti Kegiatan Modul Nusantara kelas Kebhinnekaan 8. Tema yang diangkat yaitu “Jelajah Banyumas Kota Lama untuk Pelajari Keragaman Budaya”.
Ketua LP3M Unsoed, Ir Juni Sumarmono dan Koordinator Perguruan Tinggi Program PMM Dr Wisnu Widjanarko selaku Lembaga Penyelenggara Kegiatan PMM4 memberikan ruang yang luas bagi mahasiswa PMM untuk mempelajari budaya tanah Jawa khususnya Banyumas.
Koordinator Dosen Modul Nusantara, Indriyati Hardiningrum menuturkan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai ragam kebudayaannya dan menjunjung tinggi toleransi.
“Sehingga kelas kebhinnekaan ini diharapkan mampu menjadi media yang dapat meningkatkan rasa cinta tanah air dan persatuan,” ungkap Indriyati dalam keterangannya Selasa (28/5/2024).
Hal Senada di tuturkan oleh Dr Wisnu Widjanarko bahwa kelas kebhinnekaan merupakan upaya untuk memupuk kecintaan akan ragam budaya, suku, bahasa dan tradisi yang harus di jaga dalam rumah besar Indonesia.
Dalam kesempatan itu, kunjungan pertama di Bale Adipati Mrapat yaitu Kantor Kecamatan Banyumas yang dulunya merupakan Kantor Kabupaten Banyumas sebelum dipindahkan ke Kota Purwokerto. Mahasiswa disambut Camat Banyumas Oka Yudhistira Prayuda.
Dengan ramah, Oka menceritakan sejarah berdirinya Kabupaten Banyumas, para tokoh nasional yang berasal dari Kabupaten Banyumas dan proses perpindahan pusat pemerintahan ke Kota Purwokerto.
Dalam kesempatan ini Camat Oka menyampaikan apresiasi atas antusiasme mahasiswa PMM4 yang tertarik mempelajari budaya Banyumas. Dia berharap dengan mempelajari budaya daerah lain akan semakin memupuk rasa cinta tanah air dan kebhinnekaan.
Dalam kesempatan itu mahasiswa juga disuguhkan tarian Lengger oleh Lengger Lanang Agus Widodo atau nama panggungnya Agnes.
Lengger merupakan kesenian tari tradisional dari daerah Banyumas yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Banyumas sebagai penderes dan perajin gula kelapa.
Pada zaman dahulu tarian lengger di mainkan oleh laki-laki untuk mengecoh penjajah agar tidak berbuat asusila terhadap penari perempuan. Kunjungan kedua yaitu ke Omah Gamelan di sebuah sanggar kesenian yang mewadahi masyarakat yang ingin melestarikan kesenian karawitan.
Mahasiswa diperkenalkan beragam alat musik dalam perangkat gamelan dan belajar cara menabuh (membunyikan) alat musik tradisional gamelan sampe tercipta harmoni musik pengiring goro-goro dalam kesenian wayang kulit.
Kemudian dilanjutkan mengunjungi Kampung Nopia. Daerah ini disebut Kampoeng Nopia Mino sebab dalam satu RT (RT 03 RW 04) yang terdiri dari 110 Kepala Keluarga itu, 21 di antaranya merupakan perajin home industri nopia/mino.
Berkembang menjadi wisata swadaya, Kampoeng Nopia Mino sepenuhnya merupakan gagasan masyarakat RT 03 RW 04 Desa Pekunden.
Wisata Kampoeng Nopia Mino ada untuk mempertahankan ciri khas pembuatan nopia/mino Banyumas (menggunakan genthong), dan untuk meningkatkan kualitas produksi serta pendapatan perajin nopia/mino.
Sepanjang tempat menuju kampung nopia dihiasi oleh spot-spot foto sehingga menarik animo pengunjung domestik maupun mancanegara. Pada kesempatan ini mahasiswa juga belajar membuat Nopia langsung dipandu oleh juru masak ahli pembuat Nopia Pak Agus.
Hasil praktik langsung dinikmati oleh mahasiswa di sela-sela jeda makan siang. Nanda Setia Saputra mahasiswa asal universitas Malikussaleh Aceh menyatakan sangat antusias dan menyukai makanan ini sehingga membeli beberapa bungkus untuk dikirimkan ke keluarganya di Aceh.
Lokasi kunjungan ke 4 yaitu mengunjungi pusat Batik Mruyung milik Bapak Hadirtiyanto. Batik Mruyung menampung kreasi para pengrajin kecil dan produksi skala Industri untuk dipasarkan di Wilayah Banyumas Raya.
Mahasiswa belajar membatik tulis dan batik cap sekaligus teknologi pencelupan untuk menyempurnakan warna kain setelah di tulis dengan canting dan malam. Selepas membatik, mahasiswa menikmati sore hari di sekitaran Banyumas kota lama dan Tamansari untuk menikmati jejak peninggalan sejarah Banyumas Tempo Doeloe.
Dalam kesempatan ini mahasiswa sangat menikmati dan mengabadikan moment dengan berfoto bersama maupun membuat video untuk diunggah di sosial media.
Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka tahun 2024 (PMM 4) merupakan salah satu program MBKM yang diselenggarakan oleh Kemendikbud Ristek yang memberikan kesempatan belajar di perguruan tinggi di Indonesia sekaligus memperkuat persatuan dalam keberagaman.