SERAYUNEWS– Mungkin pernah mendengar ucapan Kurt Cobain, vokalis Nirvana, “Mereka menertawakan aku karena aku berbeda. Aku menertawakan mereka karena mereka semua sama.”
Mungkin ini yang terjadi dengan komedian Komeng. Semua berawal saat Komeng menyerahkan foto bernegara dibandingkan dengan calon DPD yang ada dalam surat suara. Foto itu seperti berbicara, tampak Komeng berfoto agak sedikit berekspresi dengan pose mengagetkan.
Hanya modal foto, tanpa Alat Peraga Kampanye (APK), tanpa Tim Sukses. Komeng mencuri perhatian para pemilih.
“Terus terang saya tidak tahu kalau Komeng itu jadi Caleg. Cuma pas saya buka surat suara DPD, saya melihat ada foto Caleg yang agak aneh, pas dilihat-lihat ternyata Si Komeng. Makanya, tanpa berfikir panjang saya langsung mencoblosnya,” kata Adi (47) salah seorang pemilih asal Kelurahan Situ, Sumedang Utara, Kamis, 15 Februari 2024.
Akhirnya foto Komeng yang berbeda lebih dipilih dibanding calon lain yang fotonya sama. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan perolehan suara Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Jawa Barat 2024 Rabu (20/3/2024) dini hari.
Dalam rapat pleno yang digelar di Kantor KPU RI, Jakarta, suara komedian Alfiansyah Komeng menembus angka lebih dari 5 juta, sekaligus menorehkan sejarah rekor tertinggi perolehan suara DPD sepanjang masa.
Komeng dengan suara mayoritasnya seolah sedang menyindir kondisi perpolitikan kita saat ini yang seperti dagelan. Panggung hiburan politik yang seolah jauh dari kata serius. Masyarakat kita memilih mereka yang suka membanyol itu mencerminkan kejenuhan pada seriusnya politik.
Komedi dapat menumbuhkan rasa cita-cita bersama. Selain itu, komedi bisa menjadi cara menyampaikan ide-ide kritis, memperkuat atau melemahkan stereotip.
Masyarakat pernah memilih calon yang seolah serius, berjanji memperbaiki nasib, namun kenyataannya tidak demikian. Ketika terpilih malah tidak ingat dengan masyarakat. Melihat kondisi ini pemilih akhirnya bebas memilih siapapun yang menurut mereka menarik, bukan berdasar program atau janji.
Humor bukan hanya soal tertawa, tapi juga tentang mengubah apa yang seseorang pikirkan dan bahkan mungkin apa yang dia lakukan. Komedian Josie Long melakukan jalan ini.
Long memiliki reputasi humor menyenangkan, optimis, aneh, dan penceritaan yang gesit. Dia telah melakukan komedi sejak remaja dan acara Radio BBC terbarunya, Romance and Adventure mendapat pujian secara luas.
Gaya komedi yang mirip Komeng, humornya aneh dan spontan, gesit di panggung, dan jahil. Komeng pun berkomedi sejak remaja dengan menjadi penyiar radio di SK Jakarta dan Bens Radio.
“Politik bisa membuat Anda terkepung, terganggu, sengsara,” kata Long.
Satire adalah untuk menindas yang nyaman dan menghibur yang menderita. Komeng pun lakukan ini, targetnya sederhana, memberi hiburan kepada rakyat.
Komedian terbaik adalah antropolog dan kritikus budaya yang paling efektif. Komedi politik, jika orang lakukan dengan benar adalah sistem penyampaian kebenaran.
Dalil komedian sebagai penyampai kebenaran ini yang digunakan Barack Obama merencanakan strateginya untuk menyebarkan berita di internet terkait asuransi Obamacare pada 2014. Ia memilih komedian Zach Galifianakis.
Obama dan Galifianakis menunjukkan hubungan yang saling tergantung antara politik dan komedi sepanjang abad ke-21. Dalam mengakrabkan keduanya, hadirnya satire dan parodi sebagai alat setara komedi politik penting untuk mendorong pertukaran terbuka antara politisi, komedian, dan masyarakat untuk mempengaruhi, menghibur, dan berkomunikasi dalam proses politik.
Calon presiden atau presiden di Indonesia belum pernah menempun politik jalan baru ini. Bisa jadi, jika kemarin seandainya Anies atau Ganjar memilih Komeng jadi tim sukses, mereka akan menang. Masalahnya, belum tentu Komengnya mau.*** (O Gozali)