SERAYUNEWS— Majelis Umum PBB menetapkan setiap tanggal 22 Maret sebagai perayaan Hari Air Sedunia. Mereka meresmikan penetapan ini melalui Resolusi nomor 147/1993.
Pelaksanaan peringatan Hari Air Sedunia menjadi tanggung jawab UN Water sejak awal perayaannya. Melalui kampanye global ini, PBB bermaksud untuk mengenalkan konservasi air secara lebih luas dengan kegiatan nyata.
Tahun ini, peringatan Hari Air Sedunia mengangkat tema utama, Memanfaatkan Air untuk Perdamaian.
Populasi di dunia telah meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Bank Dunia, populasi dunia telah bertambah sebanyak 8,32 juta jiwa setiap tahunnya, sepanjang tahun 2011-2021. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 11,89% dibanding dekade sebelumnya.
Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan semakin tipisnya sumber daya alam yang tersedia, termasuk air. Meskipun 72% bagian bumi adalah air, hanya sedikit yang merupakan air tawar. Sisanya adalah air asin.
Hal ini memunculkan masalah kelangkaan air akibat penggunaan yang tidak terkontrol, mengingat air adalah salah satu kebutuhan dasar hidup manusia.
Statistik tahun 2022 mencatat, Indonesia mengalami 3.544 bencana alam, 98 persen bersifat hidrometeorologi, yang merenggut 3.183 nyawa dan berdampak pada 18 juta orang selama satu dekade terakhir.
Di dunia, proyeksi penurunan curah hujan 1-4 persen di 2020-2034 akan memicu kekeringan dan konflik alokasi air.
Selain itu, akses air bersih di Indonesia masih belum merata dan membutuhkan peningkatan infrastruktur lebih lanjut. Pasalnya, baru 20% masyarakat Indonesia yang mampu mendapatkan akses air bersih.
Menurut data Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (PERPAMSI), pada 2023 hanya sebanyak 19,47% rumah tangga yang memiliki akses terhadap air pipa. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan yang besar pada pendanaan akses air bersih di seluruh Indonesia.
World Water Forum (Forum Air Dunia) memproyeksi, krisis air di Indonesia akan mulai terasa pada 2025, dan pada 2040, Indonesia akan kehilangan sumber air bersih. Sementara itu, WHO pada tahun 2017 juga merilis fakta, setidaknya ada dua miliar orang di dunia mengonsumsi air yang telah terkontaminasi dengan kotoran manusia.
Manusia mesti menyadari bahwa air dapat menciptakan perdamaian dan bila tidak terkelola dengan baik akan menyebabkan konflik.
Ketika air menjadi langka dan tercemar, ketika terjadi kesenjangan atau bahkan sebagian tidak memiliki akses sama sekali terhadap air bersih, ketegangan akan meningkat baik antar masyarakat maupun antar negara.
Perlahan, tapi pasti air akan menjadi barang mewah.
Suatu Waktu, sahabat Sa’ad mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bertanya, “Sedekah apa yang paling engkau sukai.”
Jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sedekah air.”
Penulis kitab ‘Aun Al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Abu ‘Abdirrahman Syarof Al-Haqq Muhammad Asyraf Ash-Shidiqi Al-‘Azhim Abaadi, menjelaskan bahwa air dikatakan sebagai sedekah yang lebih utama karena manfaatnya sangat luas untuk urusan agama dan duniawi.*** (O Gozali)