
SERAYUNEWS- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali mengingatkan pentingnya memperkuat ekosistem riset Indonesia melalui penambahan jumlah peneliti.
Kepala BRIN, Arif Satria, menegaskan bahwa bangsa ini membutuhkan lebih banyak figur ilmuwan yang mampu menjadi role model bagi generasi muda.
Arif menilai bahwa minat anak muda terhadap sains dan teknologi dapat tumbuh apabila dikenalkan pada tokoh-tokoh inspiratif sejak dini.
Ia mencontohkan Presiden ke-3 RI B.J. Habibie, yang hingga kini menjadi simbol kejayaan teknologi Indonesia dan mampu membangkitkan mimpi anak-anak untuk menjadi ilmuwan.
“Kita perlu banyak Pak Habibie. Kenalkan tokoh-tokoh hebat di sains dan teknologi kepada anak-anak,” ujar Arif dalam pernyataannya, Senin (1/12/2025).
Ia juga mendorong para orang tua untuk memperkenalkan tokoh sains Indonesia dan dunia agar anak memiliki panutan serta gambaran masa depan yang lebih luas.
Menurut Arif, inspirasi tidak hanya lahir dari sosok ilmuwan, tetapi juga dari karya sastra yang mampu membangkitkan mimpi. Ia mencontohkan novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang telah menggerakkan banyak anak-anak Indonesia untuk bermimpi lebih besar meski hidup dalam keterbatasan.
“Bangun inspirasinya sejak kecil. Itu kunci menciptakan generasi unggul Indonesia,” tegasnya.
Meski menumbuhkan minat sains pada anak-anak bukan tugas pokok BRIN, Arif menegaskan bahwa lembaganya memiliki tanggung jawab moral untuk membangun budaya riset di masyarakat.
“BRIN ngurusin bangsa Indonesia. Kami ingin membangun kultur riset, inovasi, dan kecintaan anak terhadap ilmu pengetahuan,” jelasnya.
Dalam forum terpisah, Arif mengungkapkan kondisi kritis jumlah peneliti nasional. Indonesia hanya memiliki sekitar 300 peneliti per satu juta penduduk, jauh tertinggal dari negara maju yang rata-rata memiliki 4.000 peneliti untuk jumlah penduduk yang sama.
Kondisi ini membuat BRIN mengajukan usulan rekrutmen besar-besaran peneliti dalam seleksi CPNS/CASN 2026.
“Kami akan berjuang ke KemenPAN-RB agar jumlah periset bisa ditambah, terutama untuk sektor prioritas,” ujarnya.
BRIN mengusulkan formasi baru CPNS 2026 untuk memenuhi kebutuhan peneliti di berbagai bidang strategis, di antaranya:
⦁ Nanoteknologi
⦁ Pemuliaan tanaman
⦁ Genomics
⦁ Antariksa
⦁ Sains material
⦁ Teknologi keberlanjutan (sustainability technology)
Tidak hanya untuk rumpun sains-teknik, BRIN juga membuka peluang bagi lulusan ilmu sosial, terutama untuk mendukung riset lintas sektor seperti kebijakan publik, sosial budaya, komunikasi sains, dan analisis dampak sosial teknologi.
Arif menegaskan bahwa kolaborasi lintas disiplin sangat penting untuk menghasilkan riset yang berdampak luas.
Ia mencontohkan riset pangan yang memerlukan dukungan ahli dari berbagai bidang, mulai dari sosiologi pedesaan, ekonomi pertanian, hingga engineering dan material science.
“Semua sektor butuh ahli. Pangan bisa saja ditopang oleh orang satelit atau material science,” jelasnya.
Untuk mempercepat regenerasi peneliti, BRIN berkomitmen memperkuat proses pencarian talenta muda (talent spotting) dan menciptakan lingkungan riset yang lebih kondusif.
Tujuannya agar anak muda semakin tertarik menekuni dunia ilmiah dan melihat riset sebagai karier masa depan yang menjanjikan.
BRIN berharap usulan formasi peneliti dalam CPNS 2026 dapat disetujui oleh KemenPAN-RB.
Penambahan peneliti dinilai penting untuk meningkatkan produktivitas riset nasional, memperkuat publikasi ilmiah, mendorong inovasi teknologi, dan memberikan kontribusi nyata terhadap kebijakan publik.