SERAYUNEWS-Leicester City berada di bibir jurang degradasi di musim ini. Padahal, di musim 2015-2016 mereka adalah juara Liga Inggris. Cerita Leicester City ini mirip dengan dongeng Blackburn Rovers. Sekalipun semasa jayanya, Blackburn jauh lebih diperhitungkan daripada Leicester City.
Kita mulai dari cerita Blackburn Rovers. Blackburn mampu memastikan promosi ke Liga Primer Inggris di musim 1991-1992. Maka, sejak 1992-1993 mereka main di Liga Inggris. Di musim pertamanya, Blackburn memang sudah mengancam.
Pada akhirnya, mereka ada di posisi empat klasemen akhir Liga Primer Inggris. Mereka sudah memberi ancaman karena memiliki pelatih berkelas Kenny Dalglish. Mereka juga memiliki Alan Shearer yang sudah membukukan 16 gol di musim itu. Bagi yang tak kenal Shearer karena mungkin belum lahir, bisa searching di mbah google.
Musim 1993-1994 Blackburn ada di posisi dua klasemen akhir Liga Inggris. Hal itu menandakan bahwa Blackburn memang bukan tim kaleng-kaleng. Shearer mampu membuat 31 gol di musim itu.
Puncak kehebatan Blackburn adalah di musim 1994-1995 ketika mereka menjadi juara Liga Inggris. Secara fakta sejarah sebelumnya, Blackburn memang kejutan. Sebab, mereka tidak sementereng Liverpool, Manchester United, bahkan Arsenal.
Namun, jika melihat fakta di masa itu, dan capaian Blackburn di dua musim sebelumnya, memang Blackburn layak jadi jawara. Mereka juga memiliki duit dari Jack Walker. Sekali lagi jika melihat dari lingkup sejarah, tentu Blackburn adalah kejutan. Tapi jika melihat performa mereka di masa itu alias juga melihat performa musim sebelumnya, maka Blackburn layak jadi juara Liga Inggris.
Baru setelah juara Liga Inggris, mereka drop. Bahkan, di musim 1998-1999, Blackburn degradasi. Empat musim setelah juara, mereka degradasi. Memang layak juga degradasi karena kondisi Blackburn tidak seperti sebelumnya. Tak ada lagi Alan Shearer dan Kenny Dalglish di klub yang bermarkas di Ewood Park tersebut.
Lalu bagaimana dengan Leicester? Di musim 2014-2015, Leicester tertatih-tatih di Liga Inggris. Mereka nyaris degradasi. Susah payah pemain seperti Esteban Cambiasso, Leonardo Ulloa ikut berjuang. Pada akhirnya mereka lepas dari jerat degradasi.
Musim selanjutnya Leicester tentu tak terlalu diunggulkan. Mereka memiliki pelatih baru berpengalaman tapi miskin trofi mayor. Dia adalah Claudio Ranieri. Esteban Cambiasso pun memutuskan pergi. Pengganti Cambiasso adalah pemain tak populer bernama N’Golo Kante.
Tapi pada akhirnya, Leicester mengerikan di musim 2015-2016. Bahkan, mereka mampu menjadi juara Liga Inggris. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan. Kante yang sebelumnya bukan siapa-siapa, akhirnya jadi bintang dan dibeli Chelsea.
Namun, setelah itu Leicester tak kunjung membaik. Mereka kesulitan masuk papan atas di musim-musim selanjutnya. Kini, dengan status sebagai tim yang pernah juara Liga Inggris, Leicester ada di bibir jurang degradasi.
Kini, Leicester ada di posisi 18 klasemen sementara. Mereka memiliki 31 poin dari 37 laga. Dengan sisa satu laga, Leicester harus naik ke posisi 17 klasemen. Caranya, mereka menang di laga pamungkas dan berharap Everton kalah di laga pamungkas. Hanya itu harapan Leicester. Di laga terakhir, Everton akan menjamu Bournemouth dan Leicester menjamu West Ham. Kedua pertandingan berlangsung bersamaan yakni pada 28 Mei 2023 mulai pukul 23.30 WIB.