SERAYUNEWS- Selama dua hari, Sabtu-Minggu (15-16 Juni 2024), lokomotif uap tua produksi Ducroo and Brauns nomor 9 terpamerkan di Museum Katwijk, Leiden, Belanda.
Lokomotif ini, buatan tahun 1925. Pertama kali beroperasi di Pabrik Gula (PG) Klampok, Banjarnegara, sebelum di PG Soemberhardjo, Pemalang, di bawah PT Perkebunan Nusantara IX.
Lokomotif asal Klampok ini diangkut dari Pemalang ke Belanda, melalui Pelabuhan Tanjung Perak menggunakan KM Navios Lapis, pada 28 Maret 2024. Lokomotif itu tiba di Pelabuhan Maasvlakte II, Rotterdam pada 29 April tahun lalu.
Senior Representative Stoomtrein Museum Katwijk, Eddy Setiohardono mengungkapkan, bahwa lokomotif 9 telah renovasi sebelum terpajang di museum tersebut.
Widoyoko, pegiat Friends Du Croo and Brauns Locomotive di Belanda, menjelaskan bahwa pameran lokomotif uap ini merupakan bagian dari program “Friendship Between Indonesia and Netherlands: Lokomotif Uap Pulang Kampung”.
Saat acara peresmian ini, ada Duta Besar Indonesia untuk Belanda, putra perancang loko uap Du Croo en Brauns, dan Wali Kota Katwijk.
Widoyoko, penulis buku “De Bergkoningen (Lokomotif Uap Raksasa di Pegunungan Indonesia),” berharap, ke depan ada lagi lokomotif uap dari Indonesia yang pulang kampung ke Belanda.
Menanggapi hal ini, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara, Heni Purwono, berharap Banjarnegara lebih memperhatikan keberadaan cagar budaya.
Heni menyatakan, bahwa ada langkah maju dengan adanya TACB dan akan segera ada Perda Cagar Budaya. TACB akan bekerja keras melakukan kajian, terhadap semua objek cagar budaya untuk penetapannya agar terjamin kelestariannya.
Dalam waktu dekat, eks stasiun Kereta Api Banjarnegara akan di ajukan kepada bupati untuk jadi cagar budaya diikuti oleh situs Pabrik Gula Klampok.
“Kami juga banyak berkomunikasi dengan Pak Widoyoko di Amsterdam dan teman-teman komunitas railfans. Karena kereta dan pabrik gula merupakan satu rangkaian sejarah di Banjarnegara. Kami upayakan agar objek-objek di keduanya dapat segera menjadi cagar budaya,” kata Heni.
Heni berharap, ke depan ada lokomotif yang bisa terpajang di Banjarnegara, agar generasi mendatang tahu sejarah transportasi di kotanya.
Selain itu, TACB juga melakukan kajian terhadap beberapa jembatan kereta api yang nantinya akan jadi rekomendasi sebagai cagar budaya.
“Kami mengharapkan dukungan dari semua pihak, terutama PT KAI,” kata Heni.