SERAYUNEWS – Rumah Natam (53) warga Dusun Jumbul, RT 5 RW 1 Desa Klinting, rusak total, akibat tanah longsor, Senin (04/12/2023). Bahkan, bangunan rumahnya itu terseret longsor sekitar 100 meter dari posisi semula.
Rumah itu dia huni bersama lima orang lainnya yakni Natam, istri, dua anak, menantu dan satu cucu yang masih berusia 2 tahun. Selain bangunan rumah, Natam juga kehilangan satu anaknya, yakni Komaruddin (21).
Kepala BPBD Kabupaten Banyumas, Budi Nugraha menyampaikan, peristiwa tanah longsor itu terjadi sekitar pukul 03.30 wib. Kejadian itu akibat hujan yang turun sepanjang malam.
“Kejadian sekitar pukul setengah 4 pagi. Karena ekskalasi hujan yang cukup deras dan lama, terjadilah longsor,” kata Budi ditemui di lokasi kejadian, Senin (4/12/2023) siang.
Material longsor menumpuk di badan jalan. Akibatnya, akses jalan Somagede-Sumpiuh melalui Desa Klinting lumpuh.
Sejumlah tiang listrik juga roboh, sehingga aliran listrik padam. Upaya penanganan, BPBD menurunkan alat berat untuk membuka akses tersebut.
“Kita sudah menurunkan satu alat berat dan membutuhkan backup 1 lagi. Kita coba koordinasi dengan Dandim dan sudah merespon positif,” kata Budi.
Sebelumnya, hasil kajian risiko bencana BPBD menghasilkan kesimpulan bahwa tanah longsor jadi bencana yang paling sering terjadi di Banyumas. Sejak tahun 2011 sampai 2021, ada 92 kejadian. Angka itu paling banyak, di banding dengan peristiwa bencana alam lainnya.
Tahun 2011 terjadi 6 kali longsor, tahun 2012 ada 7 kejadian. Tahun 2013 (1), tahun 2014 (3), dan tahun 2015 (7). Pada tahun 2016 kejadian meningkat drastis, yakni ada 26 kejadian.
Tahun berikutnya ada 35 kejadian, tahun 2018 terjadi penurunan 15 kejadian. Tahun 2019 ada 23 kejadian, naik drastis di tahun 2020 yakni 63 dan kembali meningkat di tahun 2021 mencapai 92 kejadian.