Danbrigif 4 Dewa Ratna, Kolonel Inf Endar Setyanto dalam kunjungannya ke Batalyon 405 Surya Kusuma Wangon mengatakan, lahan yang ada di Batalyon tersebut sengaja dimanfaatkan untuk komoditas palawija seperti bawang merah, timun dan kacang panjang. Dengan tujuan untama untuk memenuhi kebutuhan anggota terlebih dahulu.
“Apalagi di masa pandemi seperti ini, kita masih bisa produktif. Ini uji coba pertama, tetapi hasilnya sudah memuaskan, bawangnya besar-besar. Jadi ini juga bisa untuk evaluasi ke depan apa yang perlu dibenahi,” ujar dia, Kamis (4/2).
Endar menambahkan, dengan keberhasilan membudidayakan bawang merah, merupakan langkah yang bagus, terlebih harga bawang merah saat ini cukup tinggi, sehingga bisa membantu kebutuhan anggotanya.
“Kita awali dari anggota sendiri, jadi jangan selalu berteriak harga bawang tinggi, sementara kita ada lahan luas yang bisa dimanfaatkan, mari kita menyiapkan kebutuhan itu sendiri. Dimana pandemi ini memang ada kesulitan, Insyallah kalau kita bisa produktif semua bisa terpenuhi,” kata dia.
Ada lima hektar lahan yang digunakan untuk bercocok tanam, dengan rincian, tiga hektar digunakan untuk bawang merah, satu hektar untuk timun, dan satu hektar untuk kacang panjang.
“Pada panen kali ini, kita berhasil memanen bawang merah sebanyak delapan ton, kemudian timun ada 11 ton. Tetapi timun hari ini panen, besoknya bisa panen lagi. Kita sebenarnya masih ada sisa tiga hektar lahan, kita perintahkan untuk dimaksimalkan lagi,” ujarnya.
Sementara itu menurut Danyon 405 Suryakusuma, Letkol Inf Kresna Santy Dharma menjelaskan, hasil panen tersebut, selain dikonsumsi oleh anggotanya juga dijual kepada masyarakat sekitar tentunya dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga pasaran.
“Kemarin kita sempat bekerjasama dengan tengkulak, tetapi harganya tidak masuk, mereka meminta satu kilo timun itu Rp 2 ribu, jadi kita jual sendiri saja ke masyarakat sekitar dengan harga yang lebih murah,” kata dia.
Ada yang berbeda dari timunnya dengan timun yang ada di pasaran. Dimana menurutnya, timun hasil budidaya pihaknya memiliki warna yang lebih cerah namun lebih manis.
“Mungkin banyak yang mengira timun kami tua dari tampilannya yang agak kuning. Tetapi bisa dicoba sendiri kalau itu masih muda dan lebih enak,” ujarnya.
Rahasianya, menurut Danyon yakni pada pupuk yang digunakan, dimana pupuknya merupakan pupuk organik Suryakusuma.
“Kita pupuknya itu bubuk, kita jual kepada masyarakat umum satu kilogramnya itu Rp 2.500, jadi kalau biasanya masyarakat itu beli pupuk untuk menaman sebanyak 11 jenis, dikita hanya ada tiga jenis dan itu bisa bertahan untuk 10 tahun masa tanam,” kata dia.
Tenang saja, bagi masyarakat yang hendak membelinya akan diberikan pelatihan ketika membeli pupuk tersebut, sehingga hasil panennya akan memuaskan.
“Kita akan berikan pelatihan, dari mulai carai penanaman hingga penebaran pupuk saat membeli pupuk Surya Kusuma,” katanya.