SERAYUNEWS – Beberapa minggu terakhir, warga Kalimantan Timur dihebohkan oleh banyaknya laporan kendaraan yang mengalami gangguan mesin, seperti brebet hingga mogok, setelah mengisi BBM di sejumlah SPBU.
Kejadian ini tak hanya terjadi di Samarinda, tetapi juga merambah ke Balikpapan, Bontang, dan Tenggarong.
Keluhan warga pun membanjiri media sosial dan disampaikan langsung ke pihak berwenang, memicu kekhawatiran akan kualitas bahan bakar yang beredar.
Menanggapi hal tersebut, Pemprov Kaltim, Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, dan Satreskrim Polresta Samarinda langsung turun tangan melakukan penyelidikan.
Proses pengecekan pun bermula dengan pengambilan sampel BBM dari berbagai titik distribusi, yakni SPBU, terminal BBM, hingga kilang (refinery).
Menurut Addieb Arselan, selaku Region Manager Retail Sales Kalimantan Pertamina Patra Niaga, pihaknya telah menindaklanjuti semua laporan sejak awal.
“Kami langsung melakukan investigasi sejak dua minggu lalu. Dari hasil pemeriksaan, semua sampel bbm masih memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan oleh ditjen migas,” ujarnya pada sabtu (5/4/2025).
Artinya, tidak ada temuan penyimpangan atau ketidaksesuaian kualitas dalam produk.
Namun, pertamina tetap membuka jalur komunikasi bagi masyarakat yang merasa kendaraannya bermasalah usai pengisian BBM.
Warga sila melapor ke hotline resmi 135 atau ke SPBU terdekat dengan menyertakan struk pembelian sebagai bukti, untuk memudahkan pelacakan dan evaluasi lebih lanjut.
Dalam menghadapi berbagai keluhan kendaraan mogok, pertamina menekankan pentingnya bukti transaksi dari konsumen. Struk pembelian menjadi kunci utama dalam pelacakan asal-usul BBM yang diduga bermasalah.
Dengan adanya struk, pihak pertamina dapat menelusuri jalur distribusi secara detail, mulai dari SPBU tempat pengisian hingga terminal atau kilang pengolahan BBM yang menjadi sumber pasokan.
Langkah ini bukan hanya untuk memastikan transparansi, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab pertamina dalam menjaga kualitas produk.
Tanpa bukti pembelian, proses investigasi menjadi jauh lebih sulit, karena tidak ada titik referensi yang jelas untuk ditelusuri.
Masyarakat sebaiknya selalu menyimpan nota setiap kali mengisi bahan bakar, terutama jika mengalami masalah pada kendaraan setelahnya.
Dengan kerja sama yang baik antara masyarakat dan pihak terkait, setiap keluhan mendapatkan penanganan secara cepat, tepat, dan berdasarkan data akurat.
Hal ini juga menjadi langkah preventif untuk menjaga kepercayaan publik terhadap distribusi energi di daerah.
Merespons keresahan masyarakat, gubernur Kalimantan Timur, H. Rudy Mas’ud (Harum), melakukan inspeksi langsung ke sejumlah SPBU.
Lokasi pertama berada di jalan Slamet Riyadi, di mana ia memantau secara langsung proses pemeriksaan kualitas Pertalite dan Pertamax. Masyarakat paling banyak menggunakan kedua jenis BBM itu dan sering mengeluhkannya.
Pengecekan berlangsung metode pencelupan tongkat besi berlapis pasta pendeteksi air ke dalam tangki timbun berkapasitas 24 kiloliter.
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada kontaminasi air atau masalah lain pada BBM. Pemeriksaan serupa juga berlangsung di SPBU jalan PM Noor. Hasilnya tetap menunjukkan bahwa BBM berada dalam kondisi standar dan aman.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Harum menekankan bahwa selain kualitas BBM, faktor eksternal seperti banjir juga bisa memicu kerusakan mesin kendaraan. Oleh karena itu, analisis harus menyeluruh.
Pertamina sendiri menegaskan bahwa pihaknya menerapkan sop ketat mulai dari kilang hingga SPBU.
“Kami menjaga kualitas bbm sesuai prosedur, baik di jalur distribusi maupun saat sampai ke tangan konsumen,” jelas Addieb.
Pemeriksaan ini turut melibatkan berbagai pejabat penting daerah, termasuk Sekda Kaltim Sri Wahyuni dan Kepala ESDM Kaltim Bambang Arwanto.
Hasil sementara menyimpulkan tidak ada kelainan pada kualitas BBM. Namun, masyarakat tetap diimbau untuk melapor jika menemukan kendala, agar proses evaluasi bisa terus dilakukan secara transparan.***