SERAYUNEWS—- Setiap tanggal 22 Juni, Kota Jakarta memperingati hari jadinya. Tahun ini, hari jadi Kota Jakarta memasuki usia yang ke-497 tahun.
Pada HUT tahun ini, Pemprov mengusung tema Jakarta Kota Global Berjuta Pesona. Peringatan HUT kali ini menandakan peralihan status ibu kota negara menuju arah pembangunan baru menjadi kota global.
Tema ini membawa arah Jakarta tetap merealisasikan harapan warganya dan senantiasa merawat keindahan budayanya. Selama hampir 500 tahun, Jakarta telah melewati berbagai perubahan.
Ketangguhan warganya membuat Jakarta terus berkembang menjadi kota megapolitan yang progresif. Tahun ini, Jakarta juga akan menghadapi perubahan perannya sebagai ibu kota yang akan mengarah ke kiblat baru, yakni kota global.
Pada usianya yang ke-497, banyak pencapaian DKI Jakarta, seperti infrastruktur modern, pelayanan publik yang terus meningkat, dan berbagai inovasi lainnya. Akan tetapi, masih ada permasalahan yang belum terselesaikan
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi saat rapat paripurna istimewa DPRD dalam rangka HUT ke-497 Jakarta di gedung DPRD DKI (22/6/2024), menyatakan masalah yang hingga saat ini belum terselesaikan di Ibu Kota Jakarta adalah kemacetan dan banjir.
“Terutama terkait kemacetan, banjir, dan masalah sosial lainnya, kita harus bersatu dan saling mendukung,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono menyinggung sederet permasalahan di Jakarta yang belum terselesaikan hingga HUT ke-497, terlebih jika ingin menjadi kota global.
“Pertama itu belum ada penyelarasan tata ruang. Selain itu, juga sinkronisasi program pembangunan dengan wilayah penyangga,” ujar Mujiyono dalam keterangannya yang diterima Kompas.com, Jumat (22/6/2024) malam.
Selain itu Mujiyono juga menilai, masalah ketimpangan sosial dan ekonomi di Jakarta sampai saat ini masih sangat tinggi.
“Masih ada sekitar 23 persen penduduk Jakarta yang bermukim di permukiman kumuh atau di kampung-kampung kota dengan sarana prasarana lingkungan yang kurang memadai,” kata Mujiyono.
Permasalahan kumuh memang seolah melekat menjadi ciri khas. Bahkan, Jakarta pernah mendapat julukan the Big Village atau Kampung Besar.
Setidaknya, sebutan itu menunjukkan suasana kota ini pada 1950-an dan 1960-an. Sutradara Usmar Ismail dari perusahaan produsen film, Perfini, pernah membuat film yang berjudul demikian.***(O Gozali)