Camat Adipala Teguh Prastowo mengatakan sebagai upaya meningkatkan ekonomi masyarakat, Desa Karangsari sedang mengembangkan potensi desa sektor pariwisata, dengan pengelolaan dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat dikembangkan wisata kuliner panorama alam dan rawa yang disebut dengan Rawa Delik.
“Rawa delik di Karangsari sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat, dikelola temen BUMDes, swadaya masyarakat cukup tinggi, masing-masing masyarakat ada yang bantingan Rp 1,5 juta. Tempat ini dijadikan sebagai ekonomi kemasyarakatan dalam rangka menunjang program pak Bupati, lingkungan juga kami jaga, tanaman yang ada disitu kita pertahankan, produksi makanan yang ada adalah produksi lokal yang dibanggakan oleh masyarakat untuk disajikan kepada teman-teman yang datang,” katanya, Minggu (24/01/21).
Selain menawarkan keindahan alam di desa, kata dia, wisata tersebut juga menawarkan produk unggulan makanan khas Desa Karangsari, serta untuk menarik minat pengunjung, konsep makanan juga dibuat berbeda dengan tempat lain, bahkan akan disajikan makanan yang aneh.
“Produksi lokal yang ada ya kita upayakan ada kracanya, kemudian nira, cimplung, oseng belalang, ada lagi produk lokal banten dan sebagainya, memang saya juga lagi mengarahkan kepada teman-teman, kita akan menyajikan masakan yang agak aneh di pulau Jawa yaitu mungkin sayur pohon pisang (debog), temen-temen juga sudah punya seragam ganti setiap harinya, untuk membedakan antara pedagang dan pengunjung,” tuturnya.
Lebih lanjut, teguh menambahkan Wisata Rawa Delik berlokasi di Dusun Poncot Desa Karangsari, baru dikembangkan diluas lahan sekitar dua hektar, di tempat tersebut banyak didirikan gazebo atau tempat berjulan dan sejumlah tempat duduk yang nyaman denga nuansa kental pedesaan, serta bisa dijadikan tempat berswafoto.
“Lahan ada sekitar dua hektar yang kita garap, itu konsepnya rumah dagang, nanti kita buatkan rumah untuk dialog atau rapat, yang sifatnya sederhana, gazebonya belum ada nama-nama khusus, tapi nanti kita akan beri nama tempat dagangan yang aneh-aneh, sehingga masyarakat akan tahu potensi wisata yang ada akan menyajikan sesuatu yang beda dengan tempat lain,” ujarnya.
Sementara itu, karena masih dalam masa pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), tempat wisata Rawa Delik belum dibuka secara resmi, namun pada tahap awal, para pedagang dari warga sekitar dibekali pembinaan terlebih dahulu.
“Teman-teman minta segera buka, namun kita arahkan ditunda karena masih PSBB, sekarang kita lihat untuk pemanasan dulu, cara menjual, bagaimana cara komunikasi, bagaimana cara melayani pembeli, itu baru persiapan, sebetulnya belum dibuka, tapi kebetulan karena promosi kita gencar dari luar ada yang datang dan kesannya bagus, mereka menikmati hidangan yang ada, tapi kita tetap terapkan protokol kesehatan, tiket masuk saya masih melarang untuk diadakan, yang penting datang dia berbelanja, soal parkir silahkan,” pungkasnya. (Ulul).