SERAYUNEWS – Mungkin banyak orang tua yang sering menghadapi dilema ketika harus memberi sayur kepada anak-anak.
Bagaimana tidak, banyak anak yang justru menghindari sayuran dan lebih memilih makanan lain yang lebih menggugah selera.
Sebagai orang tua, kita tentu merasa cemas karena sayur adalah sumber penting bagi tumbuh kembang anak.
Nah, apa sih yang menyebabkan anak-anak sering menolak sayuran? Mari kita simak penjelasan di bawah ini.
Pernahkah kamu merasa anakmu cenderung menolak sayur dengan alasan “rasanya pahit” atau “teksturnya aneh”?
Itu bisa jadi disebabkan oleh sensitivitas sensorik mereka yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Anak-anak, terutama yang lebih kecil, lebih peka terhadap rasa dan tekstur makanan.
Sayuran yang cenderung memiliki rasa pahit atau tekstur yang kasar sering kali membuat mereka kurang tertarik.
Hal ini adalah reaksi alami yang terjadi karena mereka belum terbiasa dengan rasa tersebut.
Sayur dengan rasa yang lebih kuat, seperti brokoli atau bayam, bisa terasa tidak menyenangkan di mulut mereka.
Penting sekali untuk mengenalkan sayuran sejak dini. Jika sejak kecil anak tidak terbiasa makan sayuran, mereka akan lebih sulit menerima makanan tersebut.
Namun, jangan khawatir, karena kebiasaan ini bisa dibentuk seiring waktu.
Orang tua yang sabar dan konsisten menawarkan sayur meski awalnya ditolak, akan lebih berhasil dalam membuat anak terbiasa makan sayuran.
Meskipun anak mungkin menolak pada awalnya, pengulangan yang konsisten dapat membantu mereka lebih menerima keberadaan sayur dalam menu mereka.
Anak-anak memang lebih cenderung menyukai rasa manis, karena insting mereka mengasosiasikan rasa manis dengan sumber energi yang baik.
Sayuran yang rasanya pahit sering kali menjadi masalah, seperti yang ditemukan pada sayuran seperti brokoli atau sawi.
Mengapa pahit? Rasa pahit ini merupakan mekanisme pertahanan alami tanaman untuk menghindari dimakan oleh herbivora, termasuk manusia.
Sayangnya, anak-anak lebih memilih buah yang manis dan sering menghindari sayuran yang rasanya pahit.
Pengalaman buruk ketika makan sayuran di masa lalu juga bisa memengaruhi preferensi anak.
Misalnya, anak dipaksa makan sayuran yang rasanya tidak enak atau tidak sesuai selera mereka.
Pengalaman ini bisa meninggalkan memori buruk yang membuat mereka tidak mau mencoba sayur lagi di masa depan, meskipun mungkin ada cara memasak yang lebih menarik.
Oleh karena itu, penting untuk memperkenalkan sayuran dengan cara yang menyenangkan dan tidak memaksa anak untuk makan.
Saat ini, makanan cepat saji sering dipromosikan dengan cara yang menarik anak-anak.
Iklan yang menampilkan makanan penuh warna dan rasa yang menggoda bisa membuat makanan cepat saji lebih menarik dibandingkan sayuran yang tampak lebih sederhana.
Makanan cepat saji memang lebih terasa nikmat di lidah anak-anak karena kandungan garam, gula, dan lemak yang lebih tinggi.
Inilah yang membuat sayur lebih sulit bersaing dengan makanan yang lebih menggugah selera ini.
Berita baiknya, selera makan anak akan berkembang seiring berjalannya waktu.
Seiring bertambahnya usia, anak-anak cenderung menjadi lebih toleran terhadap rasa pahit yang ada pada sayuran.
Mereka akan lebih terbuka untuk mencoba berbagai jenis sayuran dan menikmati manfaatnya.
Meskipun ini bisa memakan waktu, perkembangan selera makan ini adalah hal yang wajar.
Jangan putus asa! Meskipun mengenalkan sayur pada anak bukan hal yang mudah, tetap ada cara yang bisa dilakukan. Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba:
Jadi, walaupun memperkenalkan sayur pada anak bukan hal yang instan, dengan pendekatan yang kreatif dan konsisten, kamu bisa membantu anak mengembangkan selera makan yang sehat.***