SERAYUNEWS – Mitos jalur maut Banyumas cukup banyak orang ketahui. Sudahkah Anda tahu?
Terlihat sangat asri dengan pemandangan kebun karet, jalan raya Krumput kerap disebut-sebut sebagai jalur maut dari Kabupaten Banyumas.
Pasalnya, di jalan raya ini seringkali terjadi kecelakaan, sehingga perlintasan dari Yogyakarta ke Banyumas tersebut mendapat julukan jalur maut.
Usut punya usut, trek jalan raya Krumput juga menjadi salah satu pemicu terjadinya kecelakaan, karena memiliki banyak tanjakan dan tikungan yang tajam.
Bahkan, kontur tanah yang naik turun juga seringkali membuat para pengendara memiliki keterbatasan jarak pandang.
Alhasil, kecelakaan yang sering terjadi itu menimbulkan banyak mitos, salah satunya keberadaan para pengemis di sepanjang jalan tersebut.
Menurut cerita yang beredar di kalangan masyarakat, para pengemis ini awal mulanya adalah warga Kampung Pagelarang di Banyumas.
Saat itu, mereka hanya berjaga-jaga di pinggir jalan, kemudian memberikan bantuan kepada pengendara yang membutuhkan.
Karena memiliki cahaya yang minim, mereka bahkan membawa obor sebagai penerangan di sepanjang jalur tersebut.
Kehadiran para pengemis tersebut rupanya sudah ada sejak zaman Belanda. Saat itu, truk berisi serdadu terlibat kecelakaan.
Akibatnya, truk tersebut terguling dan membuat para penumpang beserta sopirnya tewas. Kisah lain juga beredar di masyarakat.
Ada yang menyebut jalur ini juga menjadi lokasi tewasnya ribuan tentara Jepang. Agar menenangkan arwah mereka, masyarakat memberikan sesaji.
Namun, seiring berkembangnya waktu, sesaji tersebut berubah menjadi ‘upeti’ berupa uang logam untuk para pengemis.
Lantas, muncul mitos jika memberikan uang kepada para pengemis di sepanjang jalan bisa terhindar dari musibah.
Mitos tersebut pun berkembang, jika para pengendara tidak memberikan uang kepada para pengemis, akan terjadi kecelakaan.
Merasa mengganggu arus lalu lintas, pemerintah pun mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada para pengemis.
Tidak hanya melarang beroperasi, pemerintah juga sampai memasang spanduk yang berisi imbauan. Ironisnya, ketika larangan tersebut digencarkan, kecelakaan maut kembali terjadi.
Sebuah bus terperosok ke jurang ketika melintasi tanjakan. Usai insiden tersebut, para pengemis pun kembali beroperasi.
Mitos yang beredar dari jalur maut di jalan raya Krumput memang tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Namun, masyarakat menganggap ini sebagai budaya dan kepercayaan.***