Saat coblosan Pilkada Purbalingga, Jeni didampingi istrinya, datang ke TPS dengan jalan kaki, sekitar pukul 09.27 WIB. Tak ada keistimewaan pada penataan TPS tempat dia mencoblos. Ruangan berukuran sekitar 4×7 meter tak dihias ornamen apapun. Namun, penerapan protokol kesehatan terlihat komplit. Bahkan, ada satu bilik khusus bagi pemilih yang suhu tubuhnya di atas 35 derajat.
Berjalan menuju TPS Jeni menyapa masyarakat yang ada. Begitu sampai, doa dan istri langsung cuci tangan. Disambut petugas KPPS, dia diberi sarung tangan plastik dan menuju bilik suara. Dia masih sempat bercanda kepada awak media.
“Loh kok ada foto saya,” ujarnya seraya tertawa, yang diikuti tawa istrinya.
Dia mengaku berserah pada Allah SWT atas hasil yang akan diberikan nantinya. Setidaknya, dia sudah berusaha semaksimal mungkin dan memberikan yang terbaik. Dia pun menyatakan siap untuk menang.
“Sudah ikhtiar, kini saatnya pencoblosan, tetap optimis, hasil serahkan sama Gusti Allah. Siap menang siap kalah, bismillah,” kata pasangan dari cabup Muhammad Sulhan Fauzi.
Disinggung mengenai informasi yang ramai di media sosial mengenai dugaan politik uang, dia tidak ingin terlalu reaktif menanggapi. Dia hanya menegaskan, bahwa hal tersebut bukan inisiatif darinya ataupun calon bupati nomor 01, Muhammad Sulhan Fauzi atau Oji.
“Menurut saya tinggal dicari kevalidannya, karena saya tidak mengetahui sama sekali, tiba-tiba ramai di media sosial,” katanya.
Dia masih memiliki keyakinan, bahwa isu tersebut tidak terlalu mempengaruhi masyarakat atas elektabilitas paslon 01. Justru, dia berpikir hal itu akan menjadikan masyarakat semakin jeli dalam menentukan pilihan.
“Bismillah tidak (mempengaruhi, red), dan semua itu kan masih meraba, tapi saya pastikan saya tidak tau sama sekali, dan ituu bukan saya yang nyuruh,” katanya.
Sementara, cabup Muhammad Sulhan Fauzi (Oji), pada pilkada ini tidak memiliki hak suara. Karena, dia masih berstatus warga luar Purbalingga.