Dahulu pada 1893 sampai 1917 secara bertahap dibangun jalur kereta api dari Purwokerto ke Wonosobo. Jalur tersebut tetap eksis sampai 1978. Wacana pengaktifan kembali jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo menyeruak, tapi sampai saat ini hanya wacana.
Pembangunan jalur kereta Purwokerto-Wonosobo di masa Belanda untuk mengakomodasi beberapa hal. Salah satunya adalah untuk mempermudah distribusi hasil pabrik gula. Apalagi jalur ini memang melewati beberapa pabrik gula.
Selain itu, jalur ini juga untuk mobilitas manusia melalui kereta. Bagi Wonosobo, jalur ini bermanfaat untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan daerah pegunungan di Wonosobo.
Jalur Purwokerto-Wonosobo ini memiliki panjang 92,1 Km. Jalur ini melewati Sokaraja, Banjarsari, Klampok, Banjarnegara, Wonosobo. Namun, pada akhirnya jalur kereta api ini tak lagi beroperasi pada 1978.
Salah satu alasan tidak beroperasinya kereta api Purwokerto-Wonosobo adalah kalah bersaing dengan moda transportasi darat lainnya. Sejak saat itu, sarana jalur kereta api Purwokerto-Wonosobo terbengkalai.
Jika pergi dari Purwokerto ke Wonosobo dengan bus atau kendaraan lain, maka sisa-sisa rel itu masih terlihat. Namun, Lebih banyak yang tertutup. Ada rel yang tertutup aspal, ada juga yang sudah tertutup karena areanya dibangun rumah oleh penduduk.
Lalu, gengsi kereta api belakangan memang menanjak. Khususnya sejak PT KAI dipimpin Ignasius Jonan. Kereta api menjadi moda transportasi yang disenangi karena kebersihan dan kenyamanan.
Nah, di tengah euphoria itu, pada 2015 lalu kalau tidak salah, wacana pengaktifan kembali jalur kereta Purwokerto-Wonosobo menyeruak. Pihak pemerintah pusat dan PT KAI seingat saya termasuk yang beberapa kali mengungkapkan wacana itu. Bahkan, beberapa kepala daerah terkait sangat mendukung kembali diaktifkannya jalur kereta ini.
Tentu saja memang tidak mudah untuk kembali mengaktifkan jalur ini. Apalagi jika masih memakai jalur lama. Sebab, rel kereta sudah banyak yang tak terlihat. Bahkan, jalur lama pun melewati daerah padat dan ramai.
Seperti dipahami, jika kereta melewati jalur yang padat, maka akan sangat menyulitkan. Apalagi jika jalur itu ada di tengah jalan. Pernah ada wacana yang berkembang jika akan dibuat jalur baru. Sehingga, tidak memakai jalur lama.
Namun, wacana itu belum menjadi kenyataan. Bahkan, sampai beberapa kepala daerah pendukung sudah tak lagi menjadi kepala daerah. Wacana pengaktifan kembali kereta Purwokerto-Wonosobo terus muncul dan tenggelam.
Dalam tiga tahun sebelum 2021 yakni 2018, 2019, 2020, berita soal wacana pengaktifan kembali kereta Purwokerto-Wonosobo timbul tenggelam. Namun, ya hanya sekadar wacana. Saya sendiri berpikir, jika memang banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan adanya kereta Purwokerto-Wonosobo, maka disegerakanlah pembangunannya. Sehingga tak hanya terus menjadi wacana.
Namun, jika memang manfaatnya tak terlalu luar biasa atau hanya ingin beromantisme, maka tutup saja rapat-rapat wacana itu. Barangkali pendanaannya bisa untuk hal lain yang jauh lebih bermanfaat.
Referensi:
https://heritage.kai.id/page/Lintas%20Purwokerto%20Wonosobo