Literasi adalah kemampuan individu di dalam mengolah serta memahami informasi pada saat menulis ataupun membaca. Kata literasi ini juga merujuk pada keterampilan bahasa yang lainnya yang meliputi pengetahuan bahasa tulis serta lisan yang sebenarnya membutuhkan serangkaian pengetahuan tentang genre, kultural dan kemampuan kognitif.
Dari pengertian tersebut saja sudah bisa kita lihat bahwa literasi memiliki makna yang kompleks, namun yang menjadi dasar utama dalam pengembangan makna literasi lebih luas adalah kemampuan baca tulis seseorang.
Sekarang ini, istilah literasi sudah mulai digunakan dalam skala yang lebih luas tetapi tetap merujuk pada kemampuan atau kompetensi dasar literasi yakni kemampuan membaca serta menulis.
Intinya, hal yang paling penting dari istilah literasi adalah bebas buta aksara supaya bisa memahami semua konsep secara fungsional, sedangkan cara untuk mendapatkan kemampuan literasi ini adalah dengan melalui pendidikan.
Pada hakikatnya literasi tidak bisa dilepaskan dari keterampilan berbahasa. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa yaitu membaca dan menulis. Jadi, makna dasar literasi sebagai kemampuan baca-tulis merupakan pintu utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas.
Mencapai keterampilan literasi yang maksimal perlu tahapan yang sesuai agar tercapai pula karakter yang diharapkan. Bagi anak usia dini perlu beberapa tahapan yang perlu dialami anak usia dini guna mencapai literasi yang mempengaruhi karakternya di kemudian hari.
Untuk mengembangkan literasi perlu dilakukan kegiatan membangun karakter peserta didik, antara lain:
Perpustakaan kecil
Perpustakaan kecil berfungsi sebagai sudut literasi. Pada tahapan usia dini peserta didik butuh distimulasi sesuai usianya yakni diawali dengan tahapan pre reading (pra membaca). Pada tahap ini diharapkan anak mengenal bahwa membaca dilakukan di ruangan cukup cahaya, mengenal pembiasaan membuka halaman buku, hingga mengesplorasi buku dan membaca (menceritakan gambar). Melalui kegiatan ini diharapkan peserta didik memiliki nilai karakter gemar membaca hingga masa yang akan datang.
Membaca Tanpa Suara
Membaca tanpa suara merupakan kegiatan dimana peserta didik diberikan kesempatan membaca tanpa suara selama 15 menit. Peserta yang telah menuntaskan bukunya diperkenankan bertukar buku dengan teman di kelompoknya. Kegiatan Membaca Tanpa Suara diakhiri dengan merefleksikan buku dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menceritakan buku yang telah dibacanya. Melalui program ini pengembangan karakter diharapkan peserta didik terbiasa menerapkan toleransi dengan mengikuti peraturan demi kenyamanan yang lain. Nilai karakter untuk selalu disiplin dan mandiri juga diharapkan dapat dikembangkan dalam program ini.
Story Telling dan Read A Loud
Story telling dengan membacakan cerita dengan teknik read a loud yang difasilitasi di Mini Library melatih keterampilan peserta didik untuk menyimak dan mendengar informasi yang disampaikan orang lain, menjawab pertanyaan serta meningkatkan keterampilan peserta didik untuk menghargai orang lain yang sedang berbicara.
Story telling tidak hanya diberikan secara klasikal namun juga eksploratif dengan disiapkan media pendukung yang sesuai dengan buku. pendidik juga ikut serta menyiapkan buku cerita besar yang dibuat tematik untuk memperkaya pengalaman peserta didik akan literasi yang menyenangkan. Pendidik diharapkan melakukan inovasi sebagai perwujudan profesionalitas pendidik PAUD.
Anak Dibiasakan Baca Buku
Anak-anak harus dibiasakan membaca buku. Orang tua dan tenaga pendidik diharapkan bisa membiasakan anak-anak membaca dan menikmati membaca, baik di sekolah maupun di rumah. Karena dengan hadirnya buku-buku bermutu ini akan menambah hazanah keilmuan bagi guru dan peserta didik di Indonesia.
Upaya peningkatan mutu bacaan pun semakin serius dilakukan oleh Kemendikbudristek sejak tahun 2022. Tak tangung-tanggung upaya itu dilakukan dengan melibatkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa); Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP); Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PAUDDikdasmen); serta Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK).
Sejak saat itu, tercatat 15 juta lebih eksemplar buku telah didistribusikan untuk 20 ribu lebih PAUD dan SD yang paling membutuhkan di berbagai wilayah. Dengan hadirnya buku-buku yang berkualitas diharapkan dapat melatih imajinasi dan wawasan anak-anak terhadap informasi yang sifatnya lintas waktu dan tempat.
Pentingnya penyediaan buku dengan konten menarik untuk meningkatkan daya tarik pembaca. Selain itu, juga dengan adanya program ini, indeks literasi Indonesia akan meningkat dari tahun ke tahun. Dengan hadirnya buku yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi.
Rolivia Salva Bilillah,
Praktisi Pendidik Anak Usia Dini