SERAYUNEWS– Mendapat banyak kecaman, penyelenggara pernikahan anjing dengan konsep adat Jawa, akhirnya minta maaf. Kegiatan The Royal Wedding Jojo dan Luna mendapat sorotan publik. Dugaannya hal itu melecehkan atau tidak menghargai budaya Indonesia, lebih khusus budaya Jawa.
Pemiliknya anjing Valentina Chandra dan Indira Ratnasari alias Nena Ghoib menikahkan kedua anjing tersebut. Nena Ghoib merupakan Anggota Tim Staf Khusus (Stafsus) Presiden Republik Indonesia. Pesta pernikahan berjalan layaknya manusia menggunakan adat Jawa, di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Setelah viral, penyelenggaraan acara pernikahan anjing dengan konsep adat Jawa itu akhirnya memberikan klarifikasi. Mereka meminta maaf lantaran pernikahan anjing itu ramai di media sosial dan membuat kegaduhan. Berikut permohonan maaf dari penyelenggaraan pernikahan anjing tersebut:
“Pertama-tama perkenalkan saya Nena dan Valen selaku penyelenggara acara dan mewakili seluruh pihak yang terlibat dengan ini kami menyatakan permohonan maaf atas kegaduhan yang terjadi di masyarakat dengan terselenggaranya acara Jojo dan Luna,” tulis permohonan maaf Nena dan Valen di instagram @lambe_turah.
Mereka mengaku sangat menyesal dan memohon maaf sebesar-besarnya kepada para pegiat budaya Jawa dan seluruh masyarakat Indonesia yang kurang berkenan dan tersakiti dengan acara ini.
“Sedikit pun tidak ada niatan bagi kami untuk melecehkan atau tidak menghargai budaya Indonesia terutama budaya Jawa,” ujarnya.
Mereka sangat berterima kasih juga, karena telah diingatkan kembali untuk lebih memahami budaya tersebut. “Kami berjanji untuk ke depannya tidak akan mengulangi lagi dan akan menjadi pembelajaran kami kedepankan,” imbuh keterangan permohonan maaf tersebut dikutip serayunews.com, Kamis (20/7/2023).
Penyelenggara pernikahan anjing yang kabarnya menghabiskan anggaran hingga mencapai sekitar Rp200 juta tersebut juga mohon maaf sebesar-besarnya keuskupan Agung Jakarta. Selain itu juga kepada seluruh umat Katolik untuk berita pemberkatan hewan peliharaan yang disalahartikan oleh masyarakat.
“Sebenarnya yang terjadi hanyalah pet Blessing/pemberkatan hewan yang seperti biasa oleh gereja di tanggal 4 Oktober untuk memperingati St Fransiskus Asisi,” beber Nena dan Valen.