SERAYUNEWS– Petisi kritik Jokowi terus bergulir. Pasca petisi Balairung, UII Yogyakarta dan UI menyusul. Kini, muncul petisi tandingan.
Petisi tandingan menganggap bahwa demokrasi Indonesia baik-baik saja. Tidak seperti tiga petisi sebelumnya gambarkan.
Petisi tandingan mengatasnamakan diri sebagai Alumni dan Akademisi Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se-Indonesia.
Mereka mengeluarkan maklumat bahwa demokrasi baik-baik saja menjelang Pemilu 2024.
“Dengan ini kami menyatakan Indonesia baik-baik saja dan sedang dalam proses demokrasi pemilihan umum yang sehat dan demokratis,” kata perwakilan Universitas Indonesia (UI) Kun Nurachadijat. Dia membacakan maklumat di Jakarta, Jumat, 2 Februari 2024.
Ada 17 orang yang tergabung dalam deklarasi ini, terdiri dari alumni dan akademisi PTN dan swasta se-Indonesia. Ada alumni UI, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pancasila, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Bung Karno (UBK), UIN Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN).
Lalu, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, Universitas Brawijaya. Selanjutnya, dari Universitas Jayabaya, Universitas Jenderal Soedirman, Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Universitas Islam Indonesia (UII), Institut Teknologi Indonesia (ITI).
Kelompok ini menilai keputusan hukum harus tetap harus rakyat hormati. Hal ini jelas berkaitan dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang meloloskan Gibran sebagai cawapres Prabowo.
Karena negara ini negara hukum, kelompok ini menyatakan bahwa sivitas akademika harus mematuhi keputusan hukum di Indonesia. Mereka meminta agar institusi perguruan tinggi tidak seharusnya melakukan manuver politik praktis.
“Apa pun yang sudah menjadi keputusan hukum di Indonesia, seyogianya dipatuhi sebagai warga negara apalagi sebagai sivitas akademika kampus yang terbiasa dalam lingkup pendidikan ilmiah. Tidak sepantasnya menilai sesuatu dari sudut pandang politik praktis, apalagi melakukan manuver politik praktis juga,” kata Kun.
Sebagai tindak lanjut maklumat ini, mereka akan membuat satuan tugas (Satgas) guna mengawal proses demokrasi di Indonesia.
Petisi ini muncul sebagai sebuah kontraposisi terhadap seruan beberapa universitas terkemuka yang sebelumnya mengkritik kondisi demokrasi saat ini.
Seperti kita ketahui, Petisi Balairung, UII dan Seruan Kebangsaan UI semuanya menganggap adanya tindakan menyimpang dari pemerintahan Jokowi.
Terakhir, puluhan civitas akademika dan alumni Universitas Airlangga (Unair) Surabaya memberikan respons sejalan mwngkritik Pemerinth Jokowi. Mereka lakukan lewat aksi Unair Memanggil. Ini ajakan terbuka dalam pernyataan sikap “Menegakkan Demokrasi, Menjaga Republik” yang akan mereka gelar pada Senin (5/2/2024).
Tak hanya dari kalangan akademisi saja. 145 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) membuat petisi mempermasalahkan pencalonan Prabowo-Gibran sebagai calon presiden dan wakil presiden 2024. Selain itu, 130 individu atau tokoh juga bergabung dalam pembacaan petisi yang digelar di depan Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (1/2/2024) petang. Pembacaan petisi ini dilakukan dalam Aksi Kamisan yang sudah digelar sejak bertahun-tahun lalu.
Mereka yang tergabung dalam petisi ini merupakan LSM besar tanah air. Mulai dari Imparsial, WALHI, ELSAM, Indonesia Corruption Watch (ICW), Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia (PBHI), KontraS, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Centra Initiative, SETARA Institute, PERLUDEM, HRWG, ICJR, hingga Koalisi Perempuan Indonesia (KPI).
Sementara itu, sejumlah individu yang terlibat di antaranya Suciwati Munir, Sumarsih, Paian Siahaan, Romo Frans Magnis Suseno, Halida Nuriah Hatta, Petrus Hariyanto, Butet Kartaredjasa, Riri Riza, Happy Salma, Faisal Basri, dan lainnya.
Seniman Butet Kartaredjasa mendukung langkah petisi yang menuntut penegakan demokrasi.
“Semua kawan-kawan akademisi, orang-orang yang sehat jiwanya, orang-orang yang waras, pasti berjuang dengan keras menegakkan demokrasi harus kita dukung,” kata Butet kepada Tempo, di tengah Konser Salam Metal Ganjar-Mahfud di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, Sabtu, 3 Februari 2024.
Budayawan asal Yogyakarta itu mengatakan dengan keras bahwa, hanya orang-orang yang suka mengabdi kepada kekuasaan yang sudi melihat ketidakadilan terus berlangsung. Bagi Butet, melontarkan protes kepada pemerintahan Jokowi merupakan sebuah langkah sangat penting.
“Hanya orang-orang bermental penjilat, mengabdi kepada konglomerat, yang mengikuti pembohongan publik ini,” kata Butet di tengah Konser Salam Metal Ganjar-Mahfud di Gelora Bung Karno, Jakarta, 3 Februari 2024. *** (O Gozali)