SERAYUNEWS – Rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto, Dr Ir H Achmad Iqbal MSi sangat menyayangkan tindakan unjuk rasa hingga anarkis di Kantor Gubernur Jawa Tengah pada saat Hari Buruh atau May Day, Kamis (1/5/2025) lalu.
“Demonstrasi yang anarkis tidak ada alasan yang membenarkan itu,” kata Dr Iqbal saat dihubungi Serayunews.com, Jumat (2/5/2025).
Rektor menambahkan setiap penduduk Indonesia berhak mengeluarkan pendapat dengan lisan dan tulisan. Namun, harus dengan cara yang sopan dan sesuai hukum yang berlaku. “Apalagi kalau saya di UNU dalam penyampaian pendapat lisan dan tulisan harus yang sopan, etis, menghargai pendapat orang lain, kita dunia akademis seperti itu. Anak-anak kita didik seperti itu, Itu yang kita tanamkan. Apalagi kita negara demokratis,” ujarnya.
Sehingga jika mengeluarkan atau menyampaikan pendapat dengan lisan maupun tulisan dengan cara anarkis, hingga mengganggu orang lain, bahkan sampai melakukan perusakan fasilitas, dia sangat menyayangkannya. “Itu bukan ciri demokratis, apalagi di Indonesia yang punya Pancasila. Kita di perguruan tinggi tidak mengajarkan itu,” kata dia.
Kepada penegak hukum, Dr Iqbal mengimbau agar tidak terpancing dengan aksi-aksi anarkis seperti itu dan juga terus melakukan pengamanan dengan lebih bijak dalam menghadapi setiap peristiwa yang terjadi. “Jangan dilayani dengan sifat anarkis juga, jangan api dibalas dengan api, api harus di siram dengan air, sehingga jadi padam. Kalau api sama api jadi semakin terbakar. Oleh karena itu dibutuhkan polisi yang arif dan bijak. Jangan sampai terpancing polisinya, polisi sebagai aparat negara harus lebih berkualitas dari mereka,” ujarnya.
Aparat saat ini, lanjutnya harus bisa lebih mengayomi, memberikan pengertian hingga berdialog bersama. Namun, jika semua hal tersebut dihiraukan Ia mendukung agar penegak hukum melakukan tindakan sesuai hukum yang berlaku. “Jika masih anarkis Indonesia negara hukum mau tidak mau harus tegakan hukum. Petugas hukum harus tegas, orang yang anarkis jangan berlalu saja. Nanti malah berkembang. Jangan jadi pembiaran. Tetapi sebelum itu diajak dialog, bicara. Jangan sampai anarkis merusak. Karena yang merugikan masyarakat sendiri. Apalagi fasilitas itu dibangun dari rakyat, jadi secara tidak langsung merusak milik rakyat juga,” kata dia.