Cilacap, serayunews.com
Salah satunya seperti yang Sintawati alami, seorang istri pasien cuci darah. Akibatnya, ia harus mengantar sang suami ke Banyumas untuk menjalani cuci darah, karena rujukannya jadi pindah ke sana. Belum lagi jarak cukup jauh, serta menambah biaya.
“Jujur kami sangat repot, cuci darah jadi jauh. Saya dari Cilacap harus ke sana, belum lagi suami saya usianya sudah 70 tahun, terkadang tidak fit. Kalau pulang sampai rumah malah kecapean,” katanya kepada serayunews.com, Kamis (9/3/2023).
Baca juga: [insert page=’soal-kabar-putus-kontrak-dengan-bpjs-kesehatan-rsi-fatimah-hanya-belum-sepakat-saja’ display=’link’ inline]
Dengan kondisi tersebut, ia pun berharap agar RSI Fatimah Cilacap dapat kembali bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Mengingat pasien hemodialisa yang lain juga mengalaminya karena rumah sakit rujukannya jauh dari kota Cilacap.
Sementara, salah satu anak pasien Hemodialisa, Ani juga keberatan dengan kondisi yang ia alami saat ini. Sang ibu harus dirujuk ke rumah sakit lain yang pelayanannya sangat berbeda, bahkan sang ibu sering mengeluh lantaran fasilitasnya kurang memadai.
“Ibu saya biasa di RSI Fatimah, pelayanannya bagus. Tapi saat ini dipindah ke rumah sakit lain, jujur ibu saya sering mengeluh karena ruangannya sempit, panas, kadang malah sampai keluar keringat dingin,” ujarnya.
Menanggapi sejumlah keluhan tersebut, Ketua Yayasan RSI Fatimah Cilacap, Muhamad Husni mengatakan, pihaknya sudah siap melengkapi berbagai persyaratan untuk dapat kembali bekerja sama. Sehingga harapannya, RSI Fatimah segera kembali menerima pasien BPJS Kesehatan.
“Kami sudah merespons, banyak keluhan seperti itu. Kami sedang berusaha melengkapi persyaratan kerjasama. Semoga prosesnya tidak terlalu lama,” jelasnya.