SERAYUNEWS – Tradisi Ruwat Sukerta menjadi penutup rangkaian acara Festival Banjoemas Kota Lama, Minggu (07/07/2024). Ruwatan diikuti oleh 18 anak, yang terdiri dari beberapa kategori sukerta. Beberapa bahkan berasal dari luar kota. Acara tersebut mendapatkan antusias tinggi dari masyarakat.
Jumlah 18 orang yang diruwat, secara rinci terdiri dari 5 ontang anting, adalah anak semata wayang, baik perempuan maupun laki-laki. Ada 2 kategori tunggak aren yakni anak memiliki saudara hanya satu yang hidup.
Selain itu, ada 6 kedana kedini adalah dua anak laki-laki dan perempuan. Kemudian, 3 kategori pancuran kapit sendang, yang artinya tiga anak, terdiri dari perempuan, laki-laki dan perempuan. Serta 2 kelungse yakni anak yang belum mendapatkan jodoh.
Dalang ruwat, Ki Sungging Suharto, pada saat pagelaran wayangnya menceritakan, bahwa anak yang terlahir sukerta menjadi makanan Bathara Kala. Oleh karena itu, supaya selamat maka dilakukan ruwat.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Fendi Rudianto mengatakan, Ruwat Sukerta menjadi puncak acara Festival Banjoemas Kota Lama. Peserta ruwat paling muda berusia 5 tahun, dan paling tua berusia 35 tahun.
“Ruwat Sukerta menjadi puncak acara. Acara ini merupakan ritual budaya untuk membuang sial atau sengkala dengan tradisi khusus. Yang diruwat untuk tahun ini sebanyak 18 orang. Ada 3 peserta dari luar kota yaitu Temanggung,” katanya.
Peserta ruwat mengenakan balutan kain berwarna putih. Sebelumnya mereka dimandikan dengan kembang setaman. Setelah itu dilanjutkan dengan upacara potong rambut dan sungkeman untuk memohon doa restu kepada orang tua masing-masing.
Selama prosesi ruwat diiringi oleh sejumlah penari yang berasal dari Sanggar Tari Panjimas Banyumas yang menampilkan tari Murwo Kolo.
Dia menjelaskan, rangkaian acara festival pengunjung diajak berbincang mengenai budaya Banyumasan. Ada juga pementasan seni dan atraksi budaya, dari 12 desa penyangga kawasan Banyumas Kota Lama. Ada juga pameran UMKM dan Tour Banjoemas Kota Lama untuk berkeliling sejumlah bangunan bersejarah bergaya kolonial, Tionghoa dan Jawa.
Ruwat sukerta pada 2024 ini merupakan gelaran yang ketiga. Upaya Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk memfasilitasi dan membantu masyarakat yang ingin menyelenggarakan ruwat.
“Ruwat sukerta bukan sekedar pertunjukan seni, ini ruwat betulan. Kalau menyelenggarakan ruwat sendiri secara pribadi, membutuhkan biaya yang besar. Maka, kami pemerintah kabupaten membantu,” katanya.
Idam Prihantoro, warga Perum Bonavida, Karangrau, Sokaraja, merupakan salah satu peserta ruwat. Dia merupakan anak semata wayang.
“Setelah ruwat sukerta, semoga menjadi anak soleh, berguna bagi nusa bangsa dan selamat dunia akhirat. Bebas dari penyakit dan sehat selalu serta rejeki lancar,” kata orang tua idam, Sirkam Sanusi.
Pj Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro turut hadir pada acara ruwatan. Dia mengatakan kegiatan tersebut merupakan warisan budaya dari leluhur yang harus dilestarikan.
“Ini merupakan warisan nilai budaya dari leluhur yang harus kita lestarikan. Ini mudah-mudahan menjadi event budaya tahunan yang bisa mengangkat pariwisata di Banyumas,” katanya.