SERAYUNEWS – Kabupaten Wonosobo pada tahun 2024 ini, akan menginjak usia yang ke-199. Tepatnya, hari ini, Rabu 24 Juli, menjadi perayaan hari jadi.
Berbagai rangkaian kegiatan sudah di mulai sejak awal bulan Juli 2024 lalu. Perayaan hari jadi rencananya akan berlangsung Pisowanan Agung lan Kembul Bujana.
Pada momen itu ada prosesi budaya memercikan air suci dari 7 mata air. Bupati Wonosobo akan memercikkan air suci ke segala penjuru, simbul tolak bala dan keselamatan masyarakat.
Lantas, bagaimanakah sejarah Kabupaten Wonosobo sendiri? Apakah ada kaitan dengan sebuah dusun di Kecamatan Selomerto?
Secara geografis, Kecamatan Selomerto mempunyai luas wilayah kurang lebih 39,69 km2. Rata – rata suhu udara 24 – 29 derajat celcius dengan ketinggian 560 dari permukaan laut.
Adapu, Kecamatan Selomerto terdiri dari 22 Desa dan 2 Kelurahan. Letak wilayah Selomerto sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kaliwiro, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kertek dan Kecamatan Kalikajar.
Lalu, Kecamatan Selomerto berbatasan dengan Kecamatan Leksono di sebelah barat dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Wonosobo.
Selanjutnya, sejarah keberadaan Selomerto (Kecamatan) terkait sejarah Wonosobo yaitu berdasarkan cerita rakyat. Kisah tersebut muncul pada sekitar abad XVII, sebagaimana yang tertulis dari laman resmi Kecamatan Selomerto.
Melansir wonosobokab.go.id, sejarah berdirinya Kabupaten Wonosobo tidak dapat terlepas dari Kyai Kolodete, Kyai Karim, dan Kyai Walik. Ketiga pengembara itu masuk ke wilayah ini pada awal abad 17 lalu.
Mereka memutuskan berpisah dan menempati wilayah yang berbeda. Kyai Kolodete membuka permukiman di Dataran Tinggi Dieng, Kyai Karim di sekitar Kalibeber, dan Kyai Walik memilih wilayah yang kini menjadi Kota Wonosobo.
Dari ketiga Kyai tersebut pula, muncul seorang anak keturunan yang di kelak kemudian hari menjadi para penguasa di seputar Kabupaten Wonosobo.
Salah satunya, seorang cucu Kyai Karim sering juga disebut Ki Singowedono. Setelah mendapat hadiah dari Keraton Mataram, berupa sebuah wilayah di Selomerto, Ki Singowedono kemudian bergelar Tumenggung Jogonegoro.
Jejak Tumenggung Jogonegoro dapat kita temukan di makamnya, di Desa Pakuncen, Selomerto. Dari Selomerto itu pula, sejarah asal kata Wonosobo diyakini bermula.
Banyak pihak meyakini, kata Wonosobo berasal dari sebuah dusun di Desa Polobangan, Selomerto. Kyai Wanasaba mendirikan Dusun bernama Wanasaba tersebut.
Dusun kecil tersebut sampai dengan sekarang masih ada dan banyak peziarah mengunjunginya. Mereka ingin berdoa di makam Kyai Wanasaba, Kyai Goplem, Kyai Putih, dan Kyai Wan Haji.
Sementara itu, setelah masa kemerdekaan, adanya pembentukan kabupaten/kota di wilayah Jawa Tengah. Wonosobo (Kabupaten) menjadi salah satunya. Kecamatan Krasak termaktub di dalamnya.
Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Kecil dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Setelah bulan Maret 1956, wilayah berganti nama dari Kecamatan Krasak menjadi Kecamatan Selomerto. Kemudian, nama Kecamatan Selomerto tersebut yang dipakai sampai saat ini.
Itulah Dusun Wanasaba, Desa Polobangan, Kecamatan Selomerto yang memiliki kaitan erat dengan sejarah Kabupaten Wonosobo seperti keyakinan masyarakat setempat.
***