SERAYUNEWS– Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI menyebut ada fenomena penurunan serangan teror dari tahun 2018 sampai 2022. Kelompok penganut paham kekerasan kini tidak lagi secara terang-terangan menunjukkan eksistensinya melalui serangan fisik. Hal itu seperti teori gunung es.
Kepala BNPT RI, Komjen Pol Prof Dr Rycko Amelza Dahniel mengatakan, penurunan serangan karena adanya perubahan pola pergerakan sel teroris. Selain itu masifnya penindakan aparat penegak hukum. Pendekatan mereka dengan narasi dan simbol keagamaan.
“Sel-sel terorisme berubah pola gerakannya dari yang hard jadi soft approach, di atas permukaan mereka menggunakan jubah agama. Di bawah permukaan mereka melakukan gerakan ideologis secara masif dan terstruktur,” ungkap Komjen Rycko Amelza Dahniel dalam bedah buku “Radikalisme, Terorisme dan Deradikalisasi di Indonesia”.
Menurut Komjen Rycko Amelza Dahniel, tidak sedikit masyarakat yang terhasut dengan narasi tersebut. Bahkan secara sadar setuju untuk melakukan kekerasan atas nama agama. Mantan Kapolda Jawa Tengah itu menegaskan bahwa tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan intoleransi.
“Tidak ada agama satu pun yang mengajarkan tentang kekerasan, yang tidak bisa menerima perbedaan,” ungkap perwira tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) itu, dikutip serayunews.com dari laman bnpt.go.id, Kamis (13/7/2023).
Mantan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lemdiklat Polri) tersebut menyebutkan, kerja sama merupakan kunci untuk memutus mata rantai radikalisme dan terorisme. Oleh karena itu, seluruh unsur di negeri ini harus terlibat dalam pencegahan.
“Dalam menghadapi masalah atau fenomena sosial seperti ini kita tidak bisa bekerja sendiri-sendiri, multi stakeholder collaboration is a must, semua berkolaborasi,” ungkap Komjen Rycko Amelza Dahniel.