SERAYUNEWS – Tahun ini, 76 anak muda terpilih dari 38 provinsi datang ke Jakarta dengan satu misi yang sama, yakni mengibarkan Sang Saka Merah Putih. Lantas, siapa pembawa baki bendera Merah Putih?
Pasalnya, dari sekian posisi penting yang ada pengibar, pembentang, penggerek, hingga pembawa baki, tak satu pun dari mereka tahu peran apa yang akan diemban pada hari sakral itu.
Bukan karena lupa diumumkan. Justru, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sengaja menyimpannya rapat-rapat.
Alasannya sederhana: agar tidak ada beban psikologis berlebihan sejak awal latihan. Pagi 17 Agustus nanti, barulah teka-teki ini terjawab.
Sejak pertengahan Juli 2025, para calon Paskibraka ditempa di Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Depok. Bukan hanya kaki yang melangkah kompak, tapi juga mental yang dikuatkan.
Mereka belajar disiplin waktu, menjaga fisik tetap prima, dan memahami makna simbolis setiap gerakan.
Pelatihnya pun bukan sembarangan, gabungan personel Komando Garnisun Tetap (Kogartap) dan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Latihan dilakukan terstruktur dan padat, seakan mempersiapkan mereka untuk momen yang hanya datang sekali seumur hidup.
Karena formasi belum diumumkan, latihan dilakukan secara bergilir. Hari ini seseorang bisa menjadi pembawa baki, besok mungkin bertugas sebagai pembentang, lusa sebagai pengibar.
Pola ini membuat setiap anggota siap menjalankan peran apa pun, tanpa rasa kaget jika tiba-tiba namanya disebut pada hari H.
Wakil Kepala BPIP, Rima Agristina, menyebut strategi ini sebagai bentuk pemerataan pengalaman. “Semua mendapat kesempatan yang sama, sehingga tidak ada yang merasa diistimewakan atau dikesampingkan,” ujarnya.
Latihan di Depok ditutup pada 11 Agustus 2025. Keesokan harinya, seluruh calon Paskibraka mulai latihan di halaman Istana Merdeka. Di sinilah adrenalin mulai meningkat.
Bayangkan saja, berdiri di tempat yang sama di mana para senior mereka, dari generasi ke generasi, mengibarkan bendera kebanggaan bangsa.
Hujan deras sempat mengguyur saat gladi kotor pertama. Namun, bukan berarti latihan terhenti. Justru, ini menjadi ujian ketangguhan fisik dan mental.
Basah kuyup tak menyurutkan senyum, meski beberapa wajah tampak menahan gugup.
Rabu, 13 Agustus 2025, adalah momen resmi mereka menjadi Paskibraka Nasional. Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan memimpin prosesi pengukuhan.
Saat itu, janji setia kepada Pancasila dan Indonesia Raya diucapkan dengan lantang, menandai bahwa mereka siap mengemban amanah.
Namun, meski sudah resmi menjadi pasukan, pertanyaan “siapa pembawa baki?” tetap menggantung. Jawabannya hanya akan keluar pada pagi 17 Agustus, sesaat sebelum langkah pertama dimulai.
Strategi merahasiakan formasi ini punya tujuan psikologis. Posisi pembawa baki, misalnya, punya sorotan besar karena menjadi pusat perhatian ketika menerima bendera dari Presiden.
Tekanan itu bisa membuat calon yang ditunjuk merasa terbebani jauh sebelum hari upacara.
Dengan pengumuman mendadak, BPIP berharap semua calon berada dalam kondisi mental yang segar dan siap.
Selain itu, kondisi fisik juga menjadi pertimbangan. Jika ada yang sakit atau cedera, posisi bisa langsung disesuaikan tanpa mengubah semangat keseluruhan tim.
Kini, jarum jam terus bergerak menuju 17 Agustus 2025. Para calon Paskibraka sudah menjalani latihan fisik, mental, dan disiplin yang ketat.
Gladi kotor dan gladi bersih menjadi pemanasan terakhir sebelum momen sebenarnya. Bagi masyarakat yang menonton, mungkin ini hanya bagian dari rangkaian upacara kemerdekaan.
Tapi bagi mereka yang berdiri di lapangan, ini adalah puncak dari perjalanan panjang penuh keringat, harapan, dan doa.***