SERAYUNEWS- Dalam arus deras modernisasi dan krisis keteladanan yang melanda generasi muda saat ini, penting bagi umat Islam untuk kembali merenungi kisah-kisah inspiratif dari masa awal dakwah Islam.
Salah satunya adalah kisah perjuangan kaum Muhajirin, kelompok sahabat Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Mekkah ke Madinah demi mempertahankan keimanan mereka.
Kaum Muhajirin merupakan simbol keberanian, pengorbanan, dan keteguhan iman.
Dalam konteks kekinian, sikap-sikap yang mereka tunjukkan relevan untuk dijadikan teladan, khususnya bagi generasi milenial yang kini tengah dihadapkan pada tantangan globalisasi, dekadensi moral, dan minimnya figur panutan.
Melansir berbagai sumber, berikut kami sajikan ulasan mengenai siapa kaum Muhajirin dan sikap teladan yang bisa kita ikuti:
Dalam bahasa Arab, “Muhajirin” (المهاجرون) berarti orang-orang yang berhijrah. Secara istilah, mereka adalah para pengikut Nabi Muhammad SAW yang meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah atas dasar perintah Allah SWT dan demi menyelamatkan iman dari tekanan kaum Quraisy.
Mereka rela meninggalkan harta, rumah, bahkan keluarga demi mempertahankan keislaman dan bergabung dalam misi dakwah Rasulullah SAW.
Perjalanan mereka bukan sekadar fisik, tetapi juga spiritual – membuktikan betapa kuatnya akidah dan keteguhan hati mereka terhadap agama.
Berdasarkan kajian tafsir, terutama dari karya M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, terdapat beberapa sikap utama dari kaum Muhajirin yang patut dijadikan teladan:
1. Keteguhan Iman
Kaum Muhajirin mempertahankan keyakinannya meski disiksa, diusir, dan dicemooh oleh masyarakat Mekkah. Mereka tidak goyah sedikit pun dalam menghadapi tekanan, menjadikan keimanan sebagai pondasi hidup.
2. Totalitas dalam Pengorbanan
Hijrah adalah bukti nyata pengorbanan mereka – meninggalkan zona nyaman demi menjalankan perintah Allah. Sikap ini mencerminkan keikhlasan dalam berjuang, tanpa pamrih duniawi.
3. Tawakkal dan Keberanian
Dalam situasi sulit dan tidak pasti, kaum Muhajirin berserah diri kepada Allah. Mereka yakin bahwa pertolongan Allah akan selalu hadir bagi hamba yang bersungguh-sungguh.
4. Kesabaran dan Keikhlasan
Perjalanan hijrah bukan perkara mudah. Mereka menghadapi penderitaan ekonomi dan sosial di tanah baru. Namun, kaum Muhajirin tetap sabar, ikhlas, dan tidak menyimpan dendam kepada kaum yang telah menyakiti mereka.
5. Persaudaraan Sejati
Meski berasal dari Mekkah, mereka bisa bersatu dengan penduduk Madinah (kaum Anshar) dan menjalin persaudaraan atas dasar iman. Ini menunjukkan bahwa ukhuwah Islamiyah dapat mengatasi perbedaan sosial dan budaya.
Generasi saat ini kerap terombang-ambing antara pengaruh budaya barat dan minimnya panutan dalam lingkungan sekitar. Kisah kaum Muhajirin menjadi cermin bahwa:
1. Keteguhan prinsip lebih berharga daripada mengikuti arus.
2. Pengorbanan adalah kunci dalam meraih keberhasilan sejati, bukan jalan instan.
3. Keikhlasan dan sabar adalah nilai penting yang harus dimiliki dalam menghadapi tekanan hidup.
Allah SWT menyanjung kaum Muhajirin dalam Al-Qur’an:
“Orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia; dan sesungguhnya pahala di akhirat lebih besar.” (QS. An-Nahl: 41)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap pengorbanan yang dilandasi iman akan dibalas dengan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat.
Kisah kaum Muhajirin bukan sekadar cerita sejarah, tetapi potret nyata akhlak mulia yang dibutuhkan oleh generasi saat ini.
Ketika dunia menawarkan berbagai distraksi, kaum Muhajirin mengajarkan tentang arti loyalitas kepada iman, keberanian mengambil risiko, dan semangat ukhuwah yang tinggi.
Dengan menjadikan mereka sebagai teladan, diharapkan generasi muda Muslim dapat bangkit menjadi pribadi yang kuat secara spiritual, berani dalam mempertahankan nilai, dan aktif membangun peradaban yang lebih baik.