SERAYUNEWS– Kemiskinan sering kali membuat ketidakpercayaan diri, dan ujungnya menutup peluang-peluang untuk mengubah nasib. Paling tidak hal itulah yang terjadi pada Fitra Faradilla, siswa SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara, yang harus mengubur mimpinya untuk kuliah karena tak mampu membayar biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT). Fitra merupakan putri ke dua dari Riyoto dan Fatimah, warga Desa Tunggoro RT 05 RW 02 Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara.
Fitra dinyatakan diterima di S1 Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Islam Negeri KH Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur) Pekalongan.
Namun karena takut dengan biaya kuliah yang tinggi, Fitra tidak mengisi data awal untuk menentukan UKT. Hal tersebut justru membuatnya terkena UKT sebesar Rp4.700.000.
Fitra merupakan putri dari Riyoto, supir angkot di Wonosobo. Selama sekolah di SMA, Fitra bebas biaya sebagaimana siswa SMA negeri lainnya. Namun untuk kuliah, Fitra sepertinya tinggal menunggu keajaiban.
“Saya ikhlas kalau tidak bisa kuliah, mungkin nanti ada jalan lain. Orangtua saya juga sepertinya masih ada tanggungan cicilan sehingga tidak berani kalau harus hutang-hutang lagi,” kata Fitra.
Humas SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara, Heni Purwono mengatakan, pihak sekolah sebenarnya sudah berusaha membantu Fitra dengan menyurati Rektor untuk meminta keringanan UKT, namun ternyata ditolak.
“Kalau saja ada pengurangan biaya UKT dari UIN Gus Dur, katakanlah Fitra mendapat UKT 500 ribu atau satu juta saja, sekolah pasti akan membantu. Kita bahkan pernah membantu anak yang ke UNY sampai dua juta rupiah beberapa tahun lalu. Karena nanti kan juga kita harus membantu untuk biaya kost dan lain-lain. Jadi sangat berat kalau UKT-nya 4,7 juta,” kata Heni.
Itu pun, tambah Heni, belum tentu menjadi solusi permanen, karena belum tentu Fitra ke depan memperoleh biaya KIP KUliah.
Menurut Heni, Fitra sebenarnya mendaftar dengan KIP Kuliah, namun karena di UIN sistemnya KIP Kuliah baru bisa diakses setelah siswa menjalani kuliah, sehingga di semester satu tetap bayar UKT. “Saya rasa ya solusi permanennya Fitra ke depan harus mendapatkan KIP Kuliah melihat kondisi ekonomi keluarganya,” kata Heni.
Heni berharap ada kebijakan diskresi dari Rektor UIN Gus Dur untuk memberikan Fitra UKT terendah di semester 1.
“Kami masih berharap Rektor UIN Gus Dur memberikan keringanan meskipun sudah ada surat penolakan. Saya yakin kampus ini sama seperti Gus Dur yang menjunjung tinggi inklusivitas, memberikan kesempatan kepada semua warga negara untuk bisa berkuliah, termasuk bagi warga yang kurang mampu seperti Fitra. Karena di DTKS, keluarga Fitra ada di Desil 2, kriteria nomor 2 paling miskin,” kata Heni.