
Cilacap, Serayunews.com- Mahasiswa asal Cilacap di Shanghai University of Sport, Muhammad Aditya Prihantara (23) akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia, setelah mewabahnya Virus Corona di China.
Selain untuk mengurangi rasa kekhawatiran dari orangtuanya, kepulangannya juga karena bertepatan dengan waktu libur kuliah.
Warga Jalan Sembodro RT 1 RW 15 Gumilir Cilacap Utara ini baru menjalani semester pertama di universitas khusus olahraga ini. Selama liburan ini, awalnya dia tidak ada keinginan untuk mudik ke tanah air. Akan tetapi merebaknya wabah Virus Corona di negara tempatnya belajar menjadikan salah satu faktor dia kembali ke Cilacap. Meskipun harus menggunakan kocek sendiri.
Anak pertama dari pasangan Agung Sriwicaksana dan Destri Anugrahwati Rahayu ini menceritakan jika kota tempatnya tinggal, berada sekitar 800 km dari Wuhan. Adanya wabah virus corona ini menjadikan Shanghai dalam keadaan sepi. Ditambah lagi dengan bertepatan musim libur kuliah, dan libur Hari Raya Imlek.
Kabar terakhir, di Shanghai secara keseluruhan sudah ada sekitar 80 orang terpapar virus corona, dan satu diantaranya meninggal dunia. Para mahasiswa pun dihimbau untuk tidak keluar kampus. Jika pun keluar, menggunakan masker sebagai pelindung.
“Belum ada kepastian masuk perkuliahan di kampus, dan juga kekhawatiran dari orang tua, akhirnya setelah diskusi dengan teman lainnya, kita memutuskan pulang,” katanya.
Keputusannya pulang tercetus pada Senin (27/1/2020) malam, selanjutnya pada Selasa (28/1/2020) dia berangkat bersama dengan beberapa temannya untuk kembali ke Indonesia, menggunakan pesawat.
Dari Shanghai, pesawat transit di Hongkong, dan selanjutnya mendarat di Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Dalam perjalanan dari Jakarta ke Cilacap, dia sempat mengalami kejadian kehilangan ponselnya, di Stasiun Pasar Senen.
Selama memasuki bandara, dia dan juga penumpang lainnya di cek suhu tubuh menggunakan thermal scanner. Rombongan dari Indonesia diketahui bersuhu tubuh normal, sehingga diperbolehkan melanjutkan perjalanan.
Sebelumnya, selama di asrama pun, mahasiswa S2 jurusan pendidikan olahraga ini juga selalu di cek kesehataan oleh petugas kampus. Sebagai antisipasi tidak adanya mahasiswa yang terinfeksi virus virus corona.
“Di kampus kami ada 20 mahasiswa dari Indonesia, dan yang belum pulang masih ada sekitar tujuh atau delapan mahasiswa yang masih berada di sana, lainnya pulang,” ujarnya yang bercita-cita menjadi dosen ini.
Keputusannya pulang pun didukung oleh pihak kampus, dan juga KJRI Shanghai. Bahkan, pihak kampus menyarankan agar tidak kembali ke Shanghai sebelum tanggal 17 Februari 2020. Dikarenakan registrasi perkuliahan dilakukan mulai tanggal 18 Februari.
“Saya kembali ke China kalau sudah ada kabar dari kampus, menunggu kabar dari kampus, karena sampai saat ini belum ada kepastian mulai waktu perkuliahan semester 2, kita juga sudah lapor ke KJRI dan disarankan setelah di Indonesiaa untuk cek keseehtan,” ujar atlet bulutangkis ini.
Alumni Universitas Negeri Semarang ini juga menyayangkan banyaknya berita bohong yang beredar, terutama di Indonesia terkait virus corona ini. Mulai dari isu karena terkena azab terkait dengan pembantaian terhadap Muslim di Uighur. Video yang beredar pun, kata dia banyak yang salah. Hal ini menjadikan orangtuanya semakin khawatir.
“Khawatir pasti, ditanya orang tua ya bilangnya aman, tetapi ya tetap khawatir. Ditambah juga berita dari Indoensia, kalau ini azab, padahal WNI di sana banyak, kalau video yang ada orang tiba-tiba jatuh ini video lama saat wabah SARS, serta dokter yang meninggal itu juga karena sudah usia lanjut,” katanya.
Dia berharap masyarakat tidak semudah itu menerima informasi terkait dengan virus Corona ini. Untuk itu, dia berharap masyarakat bisa lebih bijak dalam mencari informasi terkait informasi tersebut.
Adiyta mendapatkan beasiswa S2 di Shanghai University of Sport, dan mengambil jurusan guru dan pelatihan olahraga, dengan sepsialisasi bulutangkis. Selama belajar di sana, di juga seringkali mengikuti turnamen bulutangkis.
Dia mengaku sampai saat ini masih berhubungan dengan temannyaa yang kuliah di Wuhan. Mereka yang ada di Wuhan, tidak diperbolehkan untuk keluar Wuhan, sementara waktu. Meskipun, mereka masih tetap bisa beraktivitas di sekitar Wuhan.
Orangtuanya, Agung Sriwicaksana mengaku sempat khawatir dengan adanya wabah virus corona di China. Apalagi anaknya tersebut baru beberapa bulan belajar di negeri tirai bambu itu.
“Sempat khawatir, nanya-nanya terus bagaimana keadaannya. Awalnya tidak ada rencana mudik, tapi akhirnya memutuskan pulang, jadi ya Alhamdulillah,” kata PNS di Setda Cilacap ini. (ale)