SERAYUNEWS– Langkah tepat di ambil oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang telah menyusun kalender kompetisi Liga 1 dan Liga 2 selama tiga tahun ke depan sejak musim 2024/2025.
Atas keputusan tersebut, Ketua Umum (Ketum) PSSI Erick Thohir mendukung keputusan ini. Jaminan kalender dua kasta teratas liga sepak bola nasional tersebut, menurut Erick menjadikan Liga Indonesia makin profesional.
Namun, sikap tegas PSSI juga ditunjuk dengan salah satunya bakal menyikat pelaku pengaturan pertandingan atau match fixing agar sepak bola Indonesia lebih baik. Hal itu tentu menuju transformasi Liga sepak bola Indonesia.
Sebelumnya, dugaan terhadap match fixing di Liga Sepak bola Indonesia di setiap tingkatan mulai Liga 1, Liga 2, Liga 3 dan seterusnya santer terdengar. Bahkan, ada beberapa kasus yang sudah mendapatkan hukuman.
Ketum Erick Thohir ketika memaparkan transformasi Liga Sepak bola Indonesia kepada media Kamis (20/6/2024) mengatakan, hukuman match fixing kita harus hukum keras. Tindakan ini untuk memastikan penegakan kepada isu match fixing ini harus diberantas habis.
“Kapolri sudah memberikan hak-haknya kepada KONI untuk jadi bagian dari tim satgas untuk memastikan agar tidak ada hal-hal seperti ini. LIB juga dalam aturan liga semua pelatih klub yg bertugas tidak boleh terjebak match fixing dan juga dari bagian kontrakya juga harus melepas pemainnya jika diminta timnas,” ujarnya dikutip serayunews.com dari pssi.org, Sabtu (22/6/2024).
Tentu, pencegahan ini perlu dilakukan karena kalender kompetisi telah disusun sedemikian rupa. Erick menegaskan, jangan sampai ada oknum yang menjualbelikan skor pada suatu pertandingan, apabila perlu harus dipenjarakan.
“Perlu sertifikasi agen pemain, jangan sampai mereka jadi jual beli skor, pemain cedera ini itu diatur. Agen yang main match fixing penjarakan,” tegasnya.
Tak hanya kalender kompetisi, akan tetapi pihak PSSI kini mengisyaratkan untuk seluruh klub memiliki licensing klub sepak bola. Dengan menegakkan peraturan yang tegas, diharapkan akan mendorong klub-klub untuk lebih profesional
“Jangan sampai kita sudah menyusun agenda tiga tahun, komitmen lisensi klub, dan wasit sudah bagus masih ada yang melakukan match fixing,” pungkasnya.
Sementara itu, hal senada juga PT LIB jalankan selaku penyelenggara kompetisi Liga Indonesia. Pihaknya, juga telah menetapkan aturan ketat bagi para pelatih dan klub.
Dalam aturan tersebut, seluruh pelatih klub yang bertugas dilarang terlibat dalam match fixing. Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama LIB, Ferry Paulus dalam konferensi pers itu.
“LIB sangat mendukung kebijakan PSSI untuk memberantas match fixing. Kami telah mengimplementasikan aturan tegas yang melarang pelatih klub untuk terlibat dalam match fixing. Selain itu, penerapan implementasi tersebut juga berlaku bagi lainnya yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan pertandingan,” katanya.
