SERAYUNEWS— Pada November 2023, Malaysia begitu membanggakan raihan rangking FIFA, sambil meledek Timnas Indonesia.
“Peringkat FIFA, Malaysia jadi negara Asia paling berprestasi, melompat tujuh peringkat,” tulis Makan Bola.
“Sementara Timnas Indonesia jadi pembantu Irak yang secara mendadak naik peringkat,” tambah mereka.
Namun, saat ini, Timnas Indonesia berhasil menyalip Malaysia untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir di ranking FIFA.
Timnas Indonesia baru menghancurkan Timnas Vietnam 3-0 pada Leg 2 Grup F Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang digelar di Stadion My Dinh, Hanoi, Vietnam.
Kemenangan ini tak hanya memperbesar peluang skuad Garuda lolos ke babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, tetapi juga meroketkan ranking FIFA skuad Garuda. Berkat kemenangan atas Vietnam, Timnas Indonesia mendapatkan tambahan 14,67 poin di ranking FIFA.
Saat ini, Timnas Indonesia naik empat posisi dari peringkat 139 ke 135 dunia dan mengoleksi 1,102.70 poin.
Selang beberapa saat pada hari yang sama, Timnas Malaysia menelan kekalahan 0-2 dari Oman, membuat Malaysia turun dari peringkat 134 ke 137 dunia.
Alhasil, untuk pertama kalinya sejak sekian lama, ranking FIFA Timnas Indonesia di atas Malaysia.
Kisah rivalitas panas Timnas Indonesia vs Malaysia yang lahir sejak tahun 1957 ini bermula dari pertemuan perdana kedua tim pada ajang Piala Merdeka di Hong Kong. Saat itu Timnas Indonesia sempat tertinggal dengan skor 1-2, tapi pada akhirnya keluar sebagai pemenang dengan skor akhir 4-2.
Sejak saat itu, tensi panas pertandingan di antara kedua tim pun terus berlanjut pada pertandingan-pertandingan selanjutnya. Tambah lagi, adanya konflik panas politik pada 1960 yang turut terbawa ke lapangan.
Kata-kata pedas Ganyang Malaysia! yang Sukarno lontarkan dalam sebuah pidato politik di Jakarta seakan menjadi penyemangat bagi Tim Merah-Putih saat akan berhadapan dengan timnas Malaysia.
Duel yang melibatkan kedua negara, baik saat di Jakata atau Kuala Lumpur, selalu sesak dipenuhi penonton. Saat pertandingan berlangsung kerap mencuat insiden kontroversial.
“Setiap bertanding melawan Malaysia, selalu muncul semangat berlipat. Ibarat kata dengan tim lain Indonesia boleh kalah, namun tidak dengan Malaysia,” ungkap Rully Nere gelandang Indonesia era 1980-an yang terlibat dalam duel panas final SEA Games 1987 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan.
Perasaan tersebut juga menurun hingga ke pemain timnas hingga saat ini, mempertegas kalau bentrok sepak bola antara Indonesia dengan Malaysia bukan hanya semata olahraga, tapi pertaruhan harga diri bangsa.*** (O Gozali)