SERAYUNEWS– Kabar baik datang bagi masyarakat Cilacap dan sekitarnya. Rencana pembangunan koridor angkutan aglomerasi Trans Jateng akhirnya menemui titik terang. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Cilacap, Sukaryanto, memastikan bahwa program ini akan mulai terealisasi pada tahun 2029, dimulai dari koridor Bulupitu (Purwokerto) – Kroya.
“Terkait dengan rencana angkutan aglomerasi untuk koridor Bulupitu–Kroya, kami sudah koordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi. Di dalam master plan Trans Jateng memang sudah ada jalur itu, termasuk Bulupitu–Cilacap,” jelas Sukaryanto, Kamis (24/7/2025).
Menurutnya, surat permohonan resmi dari Bupati Cilacap juga telah dikirimkan kepada Gubernur Jawa Tengah sebagai langkah percepatan realisasi program ini. “Dengan adanya angkutan aglomerasi ini, nanti dari Bulupitu ke Terminal Kroya, lalu dilewatkan ke Stasiun Kroya, agar bisa terkoneksi dengan terminal dan stasiun,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dishub juga mengusulkan pengembangan angkutan perintis dari Teluk Penyu hingga Jetis, agar terkoneksi dengan Stasiun Kroya dan wilayah Banyumas. Namun sayangnya, rute tersebut tidak lolos sebagai wilayah prioritas karena tidak memenuhi kriteria daerah terpencil atau terisolir.
“Kita sempat usulkan ke BPTD Jawa Tengah, tapi tidak masuk kriteria. Maka kita alihkan ke Sidareja, tepatnya wilayah Cimrutu, dan itu sudah disurvei juga,” imbuh Sukaryanto.
Meski awalnya direncanakan tahun 2028, realisasi Trans Jateng harus mundur ke 2029. Hal ini disesuaikan dengan tema pembangunan Pemprov Jateng yang kini fokus pada ketahanan pangan, pariwisata, industri, dan pemberdayaan potensi daerah.
Namun demikian, Sukaryanto meyakini Trans Jateng akan membuka kembali jalur perdagangan yang selama ini mati suri, seperti Kroya–Banyumas, sekaligus memperkuat aktivitas warga yang selama ini bergantung pada kendaraan pribadi atau angkutan daring.
“Transportasi publik kini tak bisa hanya diserahkan ke swasta. Terlalu berat karena jarak pendek tidak ekonomis. Maka keterlibatan pemerintah jadi kunci,” katanya.
Ia juga menekankan bahwa kehadiran Trans Jateng tidak hanya soal kemudahan akses, tetapi juga memiliki efek berantai terhadap dinamika sosial dan pertumbuhan ekonomi lokal. Dengan transportasi umum yang terintegrasi, roda perekonomian masyarakat diyakini akan berputar lebih cepat, terutama di wilayah-wilayah yang selama ini sulit dijangkau angkutan massal.
“Transportasi itu pembuka ekonomi. Kalau konektivitas hidup, aktivitas warga dan perdagangan otomatis bergerak,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan.
Lebih lanjut, untuk mendukung kelancaran operasional layanan Trans Jateng di wilayah Cilacap, pemerintah daerah juga akan mengambil peran aktif dalam pembangunan infrastruktur pendukung, seperti halte-halte pemberhentian di titik-titik strategis. Menurutnya, fasilitas tersebut menjadi bagian penting agar layanan transportasi dapat dinikmati secara maksimal oleh masyarakat.
“Pembangunan haltenya itu menjadi kewajiban pemerintah daerah kabupaten. Nanti kita bangun yang di wilayah kita untuk pemberhentian-pemberhentian,” pungkasnya.
Jika berjalan sesuai rencana, Trans Jateng bukan hanya menyambung jarak, tetapi juga harapan baru bagi mobilitas dan pertumbuhan ekonomi di wilayah selatan Jawa Tengah.