Cilacap, serayunews.com
Ia mengatakan, lonjakan minat masyarakat terhadap sepeda mulai terjadi setelah beberapa bulan adanya pandemi. Saat itu, masyarakat mulai mencari cara untuk mengisi aktivitas. Mereka ingin beraktivitas yang sehat sembari meningkatkan imun tubuh, dengan harapan tidak terjangkit virus Covid-19.
“Boomingnya awal pandemi itu, karena ada kampanye meningkatkan imun tubuh dengan berjemur, jalan, dan bersepeda. Sehingga kita tahu semua, pada saat itu orang berbondong-bondong cari sepeda. Sehingga omzetnya per hari mencapai Rp 30 sampai Rp 50 juta,” katanya kepada serayunews.com, Selasa (29/11/2022).
Ia menjelaskan, kenaikan harga sepeda pada saat itu melonjak hingga 250 persen. Lebih mengherankan lagi, di tengah harga yang melonjak, sepeda tetap habis diborong masyarakat. Tak hanya itu, permintaan masyarakat tetap tinggi hingga selesainya PPKM makro di bulan Maret 2021 lalu.
“Di awal itu memang menggila, sepeda yang harganya satu juta saja menjadi dua juta setengah dan seterusnya. Ini memang karena stok dan permintaannya sangat tidak seimbang, namun lambat laun harganya sudah turun secara bertahap. Kalau hari ini ya bisa dikatakan sudah normal kembali atau omzetnya sekarang sekitar 2 sampai 5 juta per hari,” tuturnya.
Pemilik toko sepeda Arron 2 ini menyebutkan, penurunan permintaan hanya terjadi pada saat pelaksanaan ibadah puasa tahun lalu. Namun setelahnya permintaan mulai meningkat lagi, bahkan saat diberlakukannya PPKM mikro, penjualan di tokonya semakin meningkat. Hanya saja, harganya kembali normal, serta para pembeli lebih selektif dalam memilih spesifikasi sepeda yang lebih baik dan lebih terjangkau.
“Kalau sekarang sudah normal sekali, booming itu sampai akhir tahun lalu. Kalau sepanjang 2022 ini biasa-biasa saja sih,” ujarnya.