SERAYUNEWS- Pembinaan sepak bola usia dini yang terkenal dengan istilah Grassroots lebih mengedepankan pengenalan dan pengembangan ketrampilan. Penyelenggara mengemas turnamen dalam suasana menyenangkan bagi anak-anak.
Dalam berbagai referensi, termasuk dalam dokumen FIFA, usia Grassroots terbentang antara 6-12 tahun atau jika di Indonesia masuk kategori usia sekolah dasar.
Pada rentang usia tersebut, belum ada target mencari kemenangan dan juara ketika bertanding pada sebuah turnamen. Namun, ini lebih mengedepankan aspek kegembiraan.
Berlandaskan tujuan tersebut, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Kalasan menggelar turnamen sepak bola antar Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Kalasan Sleman Yogyakarta.
Turnamen yang terselenggara dengan sistem gugur ini diikuti 19 SD. Fasa pertama mulai pada hari Rabu 11 September 2024 dan berlanjut ke partai perempat final sampai final pada Jumat 13 September 2024.
Pada kompetisi fase Grassroots anak-anak sedang berada pada tahapan belajar kognitif dan assosiatif dengan kata kunci pengulangan.
Pada fase kognitif, seorang anak belajar mengingat, mengambil keputusan dan memecahkan masalah yang dia hadapi di lapangan.
Jadi, kembali ke tujuan turnamen sepak bola usia dini, membangun suasana kegembiraan menjadi kata kunci. Proses bermain bolanya merupakan pembelajaran yang bersifat kognitif.
Salah satu peserta yang mengikuti turnamen ini adalah SD Muhammadiyah Bayen (SD Mumbay) yang langsung gugur karena kalah 1-5 dari kesebelasan SD Karangnongko.
Anak didik kesebelasan SD Mumbai yang Ahmad TNI latih tidak menunjukkan muka sedih, tetap ceria. Ahmad TNI sendiri tetap memberi semangat kepada anak didiknya.
“Terima kasih anak-anak hebat atas perjuangannya, tetap semangat, jadikan pertandingan ini buat pengalaman, ” tulisnya di Group Wa TIm Sepak bola Mumbai (11/9/2024).
Apa yang Ahmad katakan sangat sesuai dengan fasa kompetisi yang bersifat kognitif. Anak akan mengingat kembali pengalaman di kompetisi ini untuk dia gunakan pada masa depannya. *** (Kalingga Zaman)