
SERAYUNEWS- Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia selain sandang dan papan.
Namun, banyak yang belum menyadari bahwa pangan segar terutama sayur dan buah sering dikonsumsi langsung tanpa melalui proses pemasakan, sehingga rawan terpapar cemaran berbahaya.
Baik cemaran fisik, biologi, maupun kimia, semuanya bisa berdampak serius bagi kesehatan jika tidak dikendalikan dengan baik.
Menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, keamanan pangan adalah upaya untuk mencegah pangan dari cemaran biologis, kimia, dan benda asing lain yang dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia.
Melansir laman resmi BPMPT Kementerian Pertanian RI berikut kami sajikan ulasan mengenai mayoritas penyakit bawaan pangan disebabkan oleh cemaran: Berikut ini penjelasannya!
Cemaran fisik terjadi ketika bahan asing masuk ke dalam makanan, baik saat panen, pengolahan, maupun distribusi. Meski sering dianggap sepele, cemaran ini bisa menyebabkan gangguan pencernaan dan cedera internal.
Contoh cemaran fisik pada pangan segar:
⦁ Kerikil atau tanah dari lahan pertanian
⦁ Potongan logam seperti isi stapler, jarum, atau peniti
⦁ Potongan plastik, kayu, atau kaca
⦁ Rambut, kuku, atau perhiasan pekerja
Penyebab utama: kurangnya higiene dan sanitasi saat panen dan pascapanen, serta minimnya pengawasan di tahap distribusi dan pemasaran.
Cemaran biologi muncul akibat kontaminasi mikroorganisme seperti bakteri, virus, atau parasit. Beberapa di antaranya bisa menyebabkan penyakit serius dan bahkan mematikan.
Contoh bakteri penyebab cemaran biologi:
⦁ Salmonella sp.
⦁ Escherichia coli
⦁ Listeria monocytogenes
⦁ Shigella dan Klebsiella
Kasus terkenal terjadi di Eropa tahun 2011, saat E. coli enterohemoragik mencemari kecambah segar dan menyebabkan wabah luas. Kontaminasi juga pernah ditemukan pada apel dari Amerika dan jamur dari Korea Selatan.
Faktor penyebab: penggunaan air tercemar, lingkungan tidak higienis, serta pekerja yang tidak menjaga kebersihan pribadi.
Cemaran kimia kerap kali menjadi yang paling berbahaya karena tidak terlihat secara kasat mata. Zat kimia berbahaya bisa berasal dari pestisida, pupuk sintetis, atau lingkungan tercemar logam berat.
Jenis-jenis cemaran kimia yang umum ditemukan:
⦁ Mikotoksin: racun dari jamur seperti Aspergillus flavus dan Penicillium citrinum pada biji-bijian (beras, jagung, kacang).
⦁ Residu pestisida: akibat penggunaan pestisida berlebihan atau penyemprotan yang tidak sesuai anjuran.
⦁ Logam berat: seperti arsen (As), kadmium (Cd), merkuri (Hg), timbal (Pb), dan tembaga (Cu).
Logam berat ini bisa mencemari tanah, air, dan udara, lalu terakumulasi dalam tubuh manusia dalam jangka panjang. Akibatnya bisa memicu penyakit degeneratif hingga kanker.
⦁ Arsen (As): menyebabkan kanker kulit dan gangguan ginjal.
⦁ Kadmium (Cd): bersifat toksik dan sering ditemukan pada pigmen atau baterai.
⦁ Merkuri (Hg): bisa merusak sistem saraf dan organ vital.
⦁ Timbal (Pb): umum berasal dari asap kendaraan dan dapat menumpuk di sayuran atau buah.
⦁ Tembaga (Cu): berlebih dapat menyebabkan keracunan dan gangguan hati.
Untuk mencegah cemaran berbahaya, petani dianjurkan menerapkan GAP atau Pedoman Budidaya Pertanian yang Baik. Praktik ini membantu menjaga mutu hasil pertanian, keamanan konsumsi, dan kelestarian lingkungan.
Tujuan utama GAP antara lain:
⦁ Meningkatkan produktivitas dan mutu hasil panen.
⦁ Menjamin keamanan pangan bagi konsumen.
⦁ Mendorong pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan.
⦁ Menekan penggunaan bahan kimia sintetis.
⦁ Meningkatkan daya saing hasil pertanian lokal dan ekspor.
⦁ Hindari penggunaan air dari sumber tercemar seperti limbah industri atau pembuangan sampah.
⦁ Pilih lahan yang jauh dari jalan raya untuk menghindari paparan asap kendaraan.
⦁ Gunakan pupuk dan pestisida terdaftar, sesuai dosis dan waktu aplikasi.
⦁ Kurangi penggunaan bahan kimia sintetis, beralih ke pupuk organik dan pestisida hayati.
⦁ Panen dengan cara yang tepat untuk mencegah jamur seperti Aspergillus flavus.
⦁ Gunakan wadah panen yang bersih dan bebas kontaminasi.
⦁ Lakukan sortasi dan pengemasan higienis sebelum distribusi.
Cemaran pangan bukan sekadar masalah teknis, melainkan isu kesehatan publik. Oleh karena itu, penerapan GAP dan konversi menuju pertanian organik menjadi langkah penting dalam menciptakan produk pertanian yang aman, sehat, dan berdaya saing tinggi.
Dengan pengendalian cemaran secara konsisten, masyarakat tidak hanya mendapatkan pangan yang sehat, tetapi juga berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan petani.