SERAYUNEWS– Puncak ancaman El Nino prediksinya akan terjadi di bulan Agustus September 2023. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bilang perlunya waspadai ancaman El Nino. BMKG mengkhawatirkan, El Nino akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan, juga produktivitas pangan yang berdampak terhadap ketahanan pangan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya telah membahas ancaman El Nino bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Koordinator dan beberapa menteri. Hal itu terkait antisipasi dan kesiapan menghadapi ancaman El Nino yang prediksinya puncaknya terjadi Agustus September.
“Prediksinya El Nino ini intensitasnya lemah hingga moderat, sehingga khawatirnya akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan juga produktivitas pangan atau berdampak terhadap ketahanan pangan,” ungkapnya saat memberikan keterangan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden.
Meskipun demikian, hal itu sudah dikoordinasikan antisipasinya. Karena sudah sejak bulan Februari-April. Antisipasi sudah berjalan dan perlu diperkuat. Pihaknya merekomendasi ke masyarakat agar waspada dengan bencana kekeringan, namun juga harus mengantisipasi adanya banjir.
“Meskipun kita masuk musim kemarau kering, tetapi karena wilayah Indonesia ini terpengaruhi oleh dua samudera dan juga topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa. Masih tetap ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi,” terangnya.
Dia menyebutkan, saat ancaman El Nino bukan berarti seluruh wilayah serempak kering. Namun ada daerah lain yang juga mengalami bencana hidrometer basah. Karena itu, BMKG mengimbau selain terus menjaga lingkungan mengatur tata kelola air kemudian juga beradaptasi terhadap pola tanam.
“Perlu juga terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan iklim yang sangat dinamis dari waktu ke waktu dari BMKG,” tandasnya.