SERAYUNEWS – Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional atau PON XXI di Aceh dan Sumatera Utara Tahun 2024 resmi berakhir. Hal itu ditandai dengan upacara penutupan atau closing ceremony di Stadion Utama Sumut pada Jumat (20/9/2024) malam.
Secara resmi, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi yang mewakili Presiden Joko Widodo menutup event ini.
Meskipun telah berakhir, 3 catatan evaluasi penting di PON XXI Aceh-Sumut 2024 bisa menjadi pembelajaran dalam pelaksanaan PON di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur pada tahun 2028 mendatang.
Sebelum membahas hal tersebut, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian yang gadir dalam closing ceremony, memberikan apresiasi yang tinggi atas suksesnya ajang olahraga multi event terbesar di Tanah Air itu.
Khususnya, kepada para atlet dari berbagai daerah yang begitu antusias mengikuti PON. Terlebih, mereka juga sukses memecahkan beberapa rekor dari PON sebelumnya.
“Mudah-mudahan apa yang berlangsung saat ini bisa terus memberikan semangat dan bisa memberikan kesempatan kepada bibit-bibit atlet di berbagai cabor untuk bisa mendunia,” kata Hetifah, melansir laman resmi DPR RI, Sabtu (21/9/2024).
Hal berbeda Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Dito Ariotedjo tunjukkan saat mengenakan jersey kontingen Indonesia ketika berlaga di Olimpiade Paris 2024 lalu.
Bukan tanpa sebab, jersey Olimpiade kontingen Indonesia yang Menpora Dito gunakan adalah sebuah kode. Hal itu bertujuan agar PON kedepan berorientasi pada Olimpiade, sekaligus sebagai pemberian semangat dan motivasi untuk seluruh kontingen.
“Ini adalah simbol, kebetulan ini adalah baju kontingen Indonesia saat mengikuti Olimpiade Paris 2024 lalu, hadir di penutupan PON XXI Aceh-Sumut 2024 bersama para atlet yang nantinya insha Allah akan mengisi event-event dunia kita dan puncaknya di Olimpiade,” tutur Menpora kepada awak media.
Sementara itu, setidaknya ada 3 catatan penting yang bisa menjadi bahan evaluasi dalam PON 2024.
Pertama yaitu masalah konsumsi makanan bagi para atlet yang kurang layak dalam beberapa hari. Hal itu tentu menjadi sorotan dan viral di media sosial sehingga masuk ke dalam PON Core 2024.
“Ada beberapa hal yang kita perlu evaluasi. Pertama, yaitu mengenai makanan untuk para atlet. Seperti kita ketahui, setiap atlet memerlukan asupan makanan dengan kandungan nutrisi yang baik dan seimbang,” ungkap Rosi dalam Kunjungan Kerja Spesifik Komisi di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (20/9/2024).
Selain itu, konsumsi untuk wasit, perangkat pertandingan, hingga panitia tak luput menjadi kritikan para pendukung teknis lainnya.
Hal kedua yang juga menjadi perhatian masyarakat dan Komisi X dari pelaksanaan PON XXI, lanjut Rosi, yakni mengenai kondisi venue acara yang masih belum rampung sepenuhnya.
“Kondisi beberapa venue masih ada yang belum selesai. Bulan Agustus lalu kita ke sana dan memang gedung olahraganya itu masih belum selesai, baru separuhnya. Kita sempat meeting waktu itu dan dari pihak kontraktor menyanggupi bahwa dia akan melaksanakan pekerjaan ini tepat pada waktunya dengan mengandalkan tenaga pekerjanya secara full 1×24 jam terbagi dalam tiga shift. Saya bilang yang penting bisa dipakai, tapi ternyata masih banyak yang belum terealisasi,” tandasnya.
Lebih lanjut, menurut Rosi lebih baik apabila memanfaatkan venue-venue yang sudah tersedia dan tidak lagi membangun baru prasarana yang lebih besar.
Akan tetapi, cukup lengkapi fasilitas yang dibutuhkan. Jadi, penyelenggaraannya tidak memerlukan biaya yang terlalu besar.
“Kalau kita membangun (venue) lagi, kita memerlukan biaya yang besar. Sedangkan kondisi negara kita masih banyak hal-hal yang perlu kita perhatikan, seperti masalah pendidikan dan wajib belajar. Ini semua membutuhkan anggaran dan memang itulah yang perlu kita perhatikan,” pungkasnya.
Demikian 3 catatan penting untuk bahan evaluasi bagi penyelenggaraan PON ke depan. Mari siapkan PON XXII NTB-NTT 2028 dengan lebih baik.
***