Banjarnegara, serayunews.com
Ketua PMI Kabupaten Banjarnegara dr Amalia Desiana melalui Ketua Bidang Pendidikan dan Relawan Agus Sutanto mengatakan, relawan merupakan garda terdepan dalam misi kemanusiaan. Dia mengatakan menjadi sukarelawan dalam misi kemanusiaan adalah panggilan jiwa, namun tidak mudah untuk menjalaninya, sehingga butuh keterampilan dan kekuatan mental agar pada saatnya nanti benar-benar memberikan manfaat untuk sesama.
“Relawan ini memang tidak mudah, butuh kesabaran dan mental yang kuat, termasuk memiliki skill dan pengetahuan yang memadai. Sehingga sebelum dikukuhkan, anggota baru ini harus menjalani serangkaian pelatihan dan pendidikan,” katanya.
Menurutnya, setelah dikukuhkan sebagai relawan PMI, tentu saja ada kode harus ada tekad dan niat yang tulus dalam berkarya dalam wadah kemanusiaan. Selain itu, mengabdikan diri untuk sesama dengan selalu berpegang teguh pada 7 prinsip dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
Dikatakannya, sebagai organisasi kemanusiaan PMI selalu melakukan inovasi dalam berbagai hal, sehingga membutuhkan sumber daya andal serta professional dalam upaya mendukung derap langkah melayani masyarakat dengan sepenuh hati.
“Tantangan ke depan tentu akan semakin kompleks, sehingga skill dan kemampuan serta pengetahuan relawan PMI harus selalu upgrade lewat pelatihan, workshop, peningkatan kapasitas serta berbagai penugasan misi kemanusiaan,” katanya.
Komandan Korps Sukarela PMI Kabupaten Banjarnegara Heri Yulianto mengatakan, kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Dasar Korps Sukarela PMI merupakan upaya untuk mendidik dan mencetak anggota agar mampu berberak cepat dan tanggap terhadap segala permasalahan kemanusiaan.
“Kami berharap lewat pendidikan dasar ini akan lahir jiwa jiwa yang tangguh, relawan yang kuat, berdedikasi serta berintegritas, memiliki mental yang kuat untuk bersama sama membesarkan nama PMI,” katanya.
Dalam pelatihan ini, para relawan mendapatkan pelatihan mulai dari kepalangmerahan, code of conduct, pertolongan pertama, perawatan keluarga, assessment, dapur umum, shelter atau hunian sementara, kesehatan remaja, logistik dan distribusi, manajement gudang, restory family link, Water Sanitation and Hygiene, manajement posko, psikososial support program, program berbasis masyarakat dan tehnik komunikasi yang ditutup dengan praktik simulasi bencana alam.