SERAYUNEWS – Kuliner tradisional Indonesia kaya akan variasi dan cita rasa, namun seiring perkembangan zaman dan budaya makan modern, beberapa makanan khas perlahan mulai ditinggalkan.
Kabar baiknya, redaksi akan menyajikan lima makanan tradisional yang mulai jarang ditemui dan berisiko punah. Apa saja? Yuk, simak artikel ini sampai akhir.
Dengan berkembangnya tren makanan cepat saji dan camilan modern, selera masyarakat, khususnya generasi muda, mulai bergeser.
Makanan tradisional dianggap ketinggalan zaman atau terlalu rumit untuk dibuat, sehingga perlahan-lahan ditinggalkan.
Banyak makanan tradisional membutuhkan proses pembuatan yang panjang dan rumit, seperti madumongso dan clorot.
Generasi muda yang memiliki keterbatasan waktu lebih memilih makanan instan yang mudah dibuat atau dibeli.
Faktor lain yang menyebabkan makanan tradisional punah adalah minimnya penerus yang mau dan mampu melestarikan resep-resep lama.
Banyak dari generasi tua yang tidak sempat mewariskan keterampilan membuat makanan khas kepada anak-anak mereka.
Produk camilan modern yang lebih mudah didapatkan di supermarket dan toko-toko kecil juga menjadi salah satu penyebab surutnya makanan tradisional.
Produk komersial ini lebih tahan lama, lebih murah, dan mudah diproduksi secara massal.
Sehingga, masyarakat lebih memilihnya dibandingkan makanan tradisional yang sering kali memiliki masa simpan pendek dan lebih mahal.
Makanan tradisional sering kali kurang dipromosikan secara efektif, baik oleh pemerintah, komunitas lokal, maupun sektor swasta.
Tanpa adanya upaya untuk mempromosikan dan menjaga warisan kuliner, banyak makanan khas yang tidak dikenal lagi oleh generasi muda.
Madumongso adalah makanan tradisional berbahan dasar ketan hitam yang diolah melalui proses fermentasi, menghasilkan rasa asam-manis yang khas.
Proses pembuatannya mirip dengan pembuatan tapai, di mana ketan hitam difermentasi terlebih dahulu sebelum dicampur dengan gula, santan, dan buah nanas.
Campuran ini kemudian dimasak hingga menyerupai dodol atau jenang. Keunikan dari madumongso adalah kemasannya yang dibungkus dengan kertas berwarna-warni, menambah daya tariknya.
Sayangnya, meskipun dahulu populer sebagai hidangan di acara-acara adat, kini madumongso mulai sulit ditemukan di pasar-pasar tradisional.
Unter-unter, juga dikenal sebagai untir-untir, pluntir, atau kue tambang, merupakan salah satu camilan tradisional yang terbuat dari tepung terigu dan gula pasir.
Dinamai kue tambang karena bentuknya yang melilit seperti tambang. Biasanya, kue ini menjadi hidangan khas saat acara keluarga seperti arisan atau perayaan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Unter-unter memiliki tekstur renyah dan rasa yang manis, sangat cocok disantap bersama teh hangat.
Sayangnya, popularitas kue ini mulai menurun karena terdesak oleh camilan modern dan produk pabrikan yang lebih mudah didapatkan.
Clorot adalah penganan tradisional yang terbuat dari tepung beras, gula merah, dan santan, dibungkus dengan daun kelapa yang dibentuk seperti kerucut.
Makanan ini terkenal di daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, terutama sebagai bagian dari jajanan pasar. Clorot memiliki tekstur kenyal dan rasa manis gurih yang disukai banyak orang.
Meskipun lezat, saat ini clorot semakin sulit ditemukan karena pembuatan yang rumit dan kurangnya generasi muda yang melanjutkan tradisi pembuatan makanan ini.
Jenang krasikan, atau disebut juga kue ladu, merupakan makanan khas Jawa Tengah yang terbuat dari beras ketan dan gula merah.
Rasanya manis dengan tekstur yang sedikit berpasir, memberikan sensasi unik saat dikunyah. Krasikan biasanya disajikan pada acara-acara adat atau dijadikan oleh-oleh khas daerah.
Namun, dengan semakin menurunnya minat masyarakat terhadap jajanan tradisional, jenang krasikan kini semakin sulit dijumpai, bahkan di pasar tradisional sekalipun.
Kue jahe berbentuk orang mungkin lebih dikenal di luar negeri, terutama sebagai makanan khas saat perayaan Natal. Namun, di beberapa daerah di Indonesia, kue jahe juga pernah menjadi kudapan tradisional.
Kue ini terbuat dari tepung, gula, dan jahe, yang memberikan rasa pedas-manis khas. Dibuat dalam bentuk figur manusia atau hewan, kue ini sering kali dikaitkan dengan perayaan tertentu atau dijadikan suguhan di acara keluarga.
Namun, dengan hadirnya makanan manis modern yang lebih mudah diakses, kue jahe berbentuk orang mulai kehilangan tempatnya di hati masyarakat.
Itulah lima kuliner tradisional yang hampir punah, sehingga sangat sulit ditemui. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda.***