SERAYUNEWS – Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk Pemilu 2024, di Kabupaten Banyumas tercatat ada 5.587 titik. Sedangkan berdasarkan mitigasi yang dilakukan, diketahui ada sekitar 500 TPS berada di daerah rawan bencana.
Komisioner KPU Kabupaten Banyumas Divisi Teknis Penyelenggaraan, Sidiq Fathoni mengatakan simulasi ini yang kedua dilakukan. Sebelumnya, telah melakukan simulasi pencoblosan di Desa Sidaboa, Kecamatan Patikraja.
“Simulasi kedua ini kita lakukan di daerah rawan bencana, Desa Gebangsari Kecamatan Tambah salah satu daerah rawan bencana banjir,” kata Thoni, Minggu (28/01/2024) siang.
Berdasarkan hasil sinkronisasi dengan data daerah rawan bencana BPBD Kabupaten Banyumas, diketahui sebanyak 441 TPS berada di daerah rawan banjir dan 93 TPS di daerah rawan longsor.
“Dari total 5.587 TPS, ada sekitar 8 persen atau 531 TPS yang berada di daerah rawan bencana dan tersebar di 12 kecamatan,” kata dia.
Khusus di Desa Gebangsari, kata dia, terdapat 11 TPS dan seluruhnya berada di daerah rawan banjir. Kegiatan simulasi tanggap bencana diikuti oleh 290 pemilih riil, sesuai daftar pemilih tetap (DPT) untuk TPS 6 Desa Gebangsari.
KPU menyelenggarakan simulasi tersebut di Desa Gebangsari dengan melibatkan desa-desa lain yang masuk dalam kategori daerah rawan banjir maupun longsor.
“Kemarin kami sudah melakukan koordinasi dengan BPBD dan TRC untuk menyelaraskan standar operasional prosedur terkait penyelamatab logistik itu dilaksanakan oleh teman-teman KPPS dengan tetap diawasi PTPS dan saksi,” kata dia.
Kepala Desa Gebangsari, Eko Adi Purwanto menyampaikan, wilayah desanya memang menjadi daerah langganan banjir, setiap musim penghujan. Namun demikian, dia berharap, proses Pemilu nanti bisa berjalan dengan baik hingga selesai.
“Desa kami sering terjadi bencana, terutama banjir. Kondisinya bahkan seperti lautan, sehingga warga terdampak akan mengungsi salah satunya ke balai desa ini,” kata dia.
Lebih lanjut Eko menjelaskan, berdasarkan pengalaman, yang sudah puluhan tahun mengalami, hujan intensitas tinggi yang menyebabkan banjir, biasa terjadi di bulan Februari-April.
“Intensitas tinggi bencana berdasarkan ilmu titen terjadi pada bulan Februari -April, sehingga warga telah terbiasa menghadapi banjir,” katanya.